kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Waspada munculnya fenomena influencer saham


Sabtu, 09 Januari 2021 / 17:26 WIB
Waspada munculnya fenomena influencer saham
ILUSTRASI. Karyawan mengabadikan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor di pasar modal meningkat signifikan sepanjang tahun lalu. Itu terefleksi dari jumlah single investor identification (SID) yang tercatat sebanyak 3,87 juta per 29 Desember 2020 atau meningkat 56% dari akhir 2019. Jumlah investor saham diantaranya mencapai 1,68 juta SID atau melonjak 53%. 

Investor atau trader saham pemula tertarik masuk ke dunia saham tentu secara logika ingin menikmati keuntungan besar dan cepat karena mindset mereka masuk pasar saham adalah bermain saham bukan bisnis saham. Emiten.com menilai perspektif main saham dan tingginya pertumbuhan jumlah investor ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan memakai influencer untuk memamerkan nama saham tertentu untuk meraup keuntungan.

Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai investor atau trader pemula di pasar saham menurut Emiten.com agar tidak mengalami kerugian ke depan. Pertama, influencer berulang kali memamerkan keuntungan besar dalam bentuk rupiah dalam waktu singkat. Perlu diketahui bahwa Saham adalah instrumen beresiko tinggi dan cenderung jangka panjang yang pergerakan naik turun tergolong cepat

Kedua, tidak dijelaskannya margin of safety atau selisih antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga jual saat ini. Seringkali informasi hanya berupa potensi profit besar namun tidak masuk akal dicapai dalam waktu singkat & cepat oleh trader investor saham pemula karena pasti ada suspensi maupun unusual market activity (UMA).

Baca Juga: Saham terbang 3 bulan terakhir, BRI Syariah bantah gunakan influencer promosi BRIS

Ketiga, menciptakan FOMO alias fear of missing out, rasa takut dan cemas akan ketinggalan berita atau hal-hal terbaru yang terjadi. Informasi rekomendasi beli saham diumumkan pada media sosial dengan jumlah pengikut besar agar tercipta FOMO atau pemikiran bahwa bila saya tidak segera beli saham tersebut sekarang maka di luar sana banyak ratusan ribu follower akan lebih dulu membeli dan menikmati profit.

Keempat adalah menarik jumlah anggota trader investor saham pemula melalui endorse di media sosial. Tak jarang, kolaborasi dibutuhkan agar paparan informasi lebih mudah tersampaikan. Karena sekecil apapun volume akan bermanfaat bagi mereka untuk dump alias membuang saham tersebut.

Kelima, adalah memiliki wadah grup khusus komunikasi dua arah yang digunakan mengkoordinasikan anggota untuk membeli (perhatikan komposisi pembelajaran dan percakapan wadah grup tersebut). Ada grup berbayar dan grup gratis, sudah dapat dipastikan bahwa grup gratis tidak mendapat informasi secepat dan seakurat dari grup berbayar tersebut.

Baca Juga: Sahamnya sering disebut oleh Kaesang, PGN (PGAS) buka suara

“Kami sudah melihat permasalahan seperti ini akan muncul sebelum startup platform emiten.com dibentuk. Tidak semua orang dapat mengakses grup berbayar yang nilainya fantastis, setelah bayar pun mereka masih kemungkinan dijadikan sasaran dump apalagi yang tidak bayar. Oleh karena itu waspada bila terdapat grup gratis dan grup berbayar. Dan bila terdapat edukasi pun maka para pemula juga berisiko terkotak kotak dengan 1 aliran trading investing tertentu,” ujar Denny Huang, CEO & Founder emiten.com dalam siaran pers, Sabtu (9/1).

Denny bilang, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan dalam beli jual saham baik trading harian maupun untuk investasi. Misalnya faktor seperti valuasi mulai dari PBV, PER, PCFR, PSR, DER, EPS, NPM, perpajakan, sentimen induk atau afiliasi perusahaan, aksi korporasi right issue, trend bisnis satu dua tahun ke depan dan good corporate governance perusahaan. 

Selain itu, lanjutnya, faktor eksternal dan juga ekonomi makro harus diperhatikan. “Rapat The Fed atau OPEC, laporan BPS, serta tidak lupa untuk melihat makro global serta selalu penting mengingat trailing stop, money management dan stoploss,” pungkas Denny.

Baca Juga: Ini peringatan operator bursa efek bagi influencer yang pamer saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×