Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) berupaya menjaga posisinya sebagai leader dalam reksadana syariah terbesar di Indonesia. Salah satu upaya MAMI untuk menjaga posisi tersebut adalah dengan terus menambah portofolio produk investasi syariah mereka.
Teranyar, MAMI meluncurkan produk reksadana syariah berdenominasi dolar Amerika Serikat yakni Manulife Saham Syariah Golden Asia Dolar AS (MAGOLD) pada November tahun lalu.
Direktur dan Chief Business Development and Advisory Officer Manulife Aset Manajemen, Heryadi Indrakusuma, mengatakan, produk reksadana saham offshore ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
“Kebutuhan masyarakat akan instrumen investasi dalam denominasi mata uang asing terutama dolar AS semakin tinggi. Reksadana MAGOLD hadir sebagai salah satu diversifikasi investasi dengan pasar yang punya potensi pertumbuhan ekonomi dan pasar saham yang prospektif, yakni India dan China,” kata Heryadi dalam virtual media gathering pada Selasa (9/3).
Baca Juga: Keberadaan investor institusi berperan penting mendorong gairah pasar modal Indonesia
Heryadi menjelaskan, pertumbuhan minat terhadap reksadana MAGOLD cukup signifikan, setelah sejak diluncurkan berhasil mengumpulkan dana kelolaan hingga Rp 400 miliar. Produk ini pun melengkapi portofolio produk syariah milik MAMI yang jumlahnya mencapai sembilan produk.
Director of Legal, Risk & Compliance Manulife Aset Manajemen, Justitia Tripurwasani, menambahkan, saat ini reksadana syariah milik MAMI menempati pangsa 11% di industri per 2020. Justitia bilang, total dana kelolaan reksadana syariah MAMI mencapai Rp 8,3 triliun per akhir 2020, atau merupakan yang tertinggi di industri.
“Adapun, total kontribusi AUM reksadana syariah mencapai 17% terhadap total dana kelolaan reksadana MAMI. Diharapkan pencapaian tersebut bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan pada tahun ini. Mengingat pertumbuhan industri reksadana syariah mencapai 33,5% pada tahun lalu,” imbuh Justitia.
Terkait rencana peluncuran produk baru di tahun ini, Heriyadi bilang, MAMI belum punya rencana yang spesifik. Saat ini, MAMI dianggap sudah memiliki portofolio produk yang lengkap, baik denominasi rupiah maupun dolar AS, baik yang konvensional maupun syariah.
Baca Juga: Dana kelolaan Manulife Aset Manajemen melesat 30% tahun lalu, ini faktor pendorongnya
“Jadi inovasi kami lebih ke menyesuaikan dengan kebutuhan investor seperti apa. Misalnya, jika memang ada produk tematik yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan investor, tentu kami akan melengkapi produk yang sudah ada,” terangnya.
Prospek pasar reksadana dalam negeri
Dalam kesempatan yang sama, Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen, Ezra Nazula, mengatakan, prospek pasar modal Indonesia pada tahun ini masih akan menarik, baik untuk saham maupun obligasi. Keduanya akan didorong oleh sentimen utama, pemulihan ekonomi.
Untuk pasar saham, Ezra bilang setidaknya terdapat tiga sektor yang menarik. Pertama, sektor komoditas dan energi akan diuntungkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang memicu permintaan mengalami kenaikan signifikan dan akhirnya mengangkat harga komoditas.
Baca Juga: Manulife Aset Manajemen (MAMI) resmi mengangkat Afifa sebagai Presdir yang baru
“Sektor telekomunikasi juga menarik seiring konsumsi data yang masih akan terus meningkat dan beri keuntungan ke sektor ini. Lalu, sektor finansial tetap masih menarik mengingat kualitas aset perbankan masih bagus, likuiditas melimpah, hingga pemulihan aktivitas ekonomi,” jelas Ezra.
Sementara untuk pasar obligasi, ia menilai dengan tren suku bunga yang masih akan tetap rendah dan melimpahnya likuiditas akan jadi katalis positif. Ia berharap, tren positif tahun lalu akan berlanjut pada tahun ini dan yield SBN acuan 10 tahun dapat kembali bergerak ke bawah 6% pada akhir tahun ini.
“Terlepas dari aset investasi mana yang potensial, investor tetap sebaiknya melakukan diversifikasi guna mengoptimalkan return sembari menjaga risiko. Serta, menyesuaikan dengan profil risiko, tujuan investasi dan time horizon,” pungkas Ezra.
Selanjutnya: Cuan Obligasi Korporasi Masih Tinggi di Saat Cuan Obligasi Negara Tertekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News