Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Ekonomi yang resilien juga terjadi bersamaan dengan tren disinflasi, didukung oleh pemulihan rantai pasok global, ketersediaan tenaga kerja, dan turunnya harga energi.
“Tapi memang benar, walaupun inflasi global sudah menjinak, bank sentral dunia belum dapat menurunkan suku bunga, karena cenderung menunggu langkah The Fed. Masalahnya, The Fed memberi sinyal masih butuh waktu untuk lebih yakin lagi bahwa inflasi domestiknya sudah benar-benar dalam tren penurunan, sebelum melakukan pemangkasan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Laras berpendapat bahwa outlook kebijakan Bank Indonesia (BI) akan bergantung pada kondisi pasar global yang dapat mempengaruhi stabilitas Rupiah. Apabila data ekonomi dan inflasi AS mereda, kondisi ini dapat mengurangi tekanan penguatan Dolar AS, sehingga BI tidak perlu menaikkan suku bunga.
Baca Juga: Pasar Saham Indonesia Harapkan Kebijakan Moneter yang Lebih Akomodatif
Selain dari tekanan Rupiah, Manulife Aset melihat tidak ada faktor lain yang dapat memicu BI untuk menaikkan suku bunga, terutama karena inflasi domestik masih terjaga. Saat ini pasar masih memperkirakan ada potensi pemangkasan Fed Funds Rate satu hingga dua kali. Sehingga, MAMI memperkirakan BI Rate dapat berada di kisaran 5,75% - 6,25% di akhir tahun 2024.
Laras mengatakan, kuartal kedua 2024 memang akan diawali perubahan-perubahan ekspektasi, yang kemudian diikuti dengan volatilitas tinggi dan sentimen pasar yang kurang kondusif. Namun dengan berjalannya waktu, pasar pun melakukan penyesuaian, volatilitas terlihat mereda, dan sentimen mulai pulih.
Secara keseluruhan perekonomian global tahun ini diperkirakan masih bertumbuh, dan inflasi global pun dalam tren menurun. Di Indonesia sendiri, fundamental ekonomi masih terjaga kuat, dan katalis-katalis penopang dan potensi pasar finansial pun masih sangat cukup.
“Mari kita fokus pada peluang jangka menengah panjang, dan jadikan volatilitas jangka pendek sebagai peluang yang belum tentu datang kembali, terutama dengan pandangan pemangkasan suku bunga yang masih dapat terjadi,” tutur Laras.
Baca Juga: Strategi di Tengah Ketidakpastian Suku Bunga, Sektor Saham Ini Bisa Jadi Pilihan
Laras optimistis terhadap pasar surat utang seiring potensi pemangkasan suku bunga ke depan. Namun memang perlu dicermati dalam jangka pendek volatilitas masih dapat terjadi karena faktor ketidakpastian suku bunga The Fed.
“Oleh karena itu, kami selalu mengelola portofolio secara aktif, bergerak dinamis antara defensif dan agresif untuk membentuk portofolio yang optimal,” ucap dia.
Strategi portofolio reksadana kelolaan MAMI akan disesuaikan berdasarkan tinjauan makroekonomi terkini serta fokus pada manajemen durasi, kas dan pemilihan efek untuk membentuk portofolio yang dapat bergerak dengan lincah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News