kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Manulife Aset (MAMI) Sebut Indonesia Bakal jadi Tujuan Investor Global


Kamis, 18 Januari 2024 / 16:42 WIB
Manulife Aset (MAMI) Sebut Indonesia Bakal jadi Tujuan Investor Global
ILUSTRASI. Manulife Aset (MAMI) melihat potensi Indonesia menjadi tujuan bagi para investor global.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memandang positif kondisi pasar obligasi dan saham domestik di tahun 2024. Manajer Investasi (MI) ini melihat potensi Indonesia menjadi tujuan bagi para investor global.

Director & CIO Fixed Income MAMI, Ezra Nazula memandang bahwa kondisi global dan domestik cukup mendukung pasar surat utang Indonesia tahun 2024. Rencana pemangkasan suku bunga akan menjadi tema utama, baik di global ataupun domestik.

Pasar berekspektasi suku bunga The Fed dapat turun ke level sekitar 4% di tahun ini dengan pemangkasan suku bunga bisa sampai 6 kali. Turunnya suku bunga umumnya berdampak pada pelemahan nilai tukar dolar AS. Oleh karena itu, investor kemungkinan akan mencari pasar yang memberikan imbal hasil lebih menarik salah satunya Indonesia.

Ezra menjelaskan, real yield obligasi Indonesia tampak menarik dibandingkan negara-negara lainnya. Seperti diketahui, imbal hasil real Indonesia sekitar 4% yang didapatkan dari  posisi Yield SUN 10 Tahun sekitar 6,7% dikurangi tingkat inflasi sebesar 2,7%. Dengan besaran real yield tersebut, maka lebih besar dari negara Asia lainnya seperti China, Thailand hingga Malaysia.

Baca Juga: Sentimen Bearish Obligasi Global Berlanjut Pasca Rilis Data Penjualan Ritel AS

“Kondisi ini akan menarik aliran investasi asing masuk ke dalam negeri,” ungkap Ezra dalam konferensi pers, Kamis (18/1).

Menurut Ezra, imbal hasil SUN Tenor 10 Tahun sebagai acuan dapat turun ke level 6%-6,25% di tahun 2024 ini. Namun, perlu diwaspadai risiko adanya potensi front loading yakni penerbitan surat utang cukup masif di awal tahun dapat berdampak bagi pasar obligasi. Terlepas dari itu, saat ini likuiditas pasar obligasi tanah air dianggap masih terjaga.

“Jadi sebenarnya tahun ini karena siklus suku bunga sudah mencapai puncaknya, maka pasar obligasi bisa lebih bagus lagi. Kalau kita lihat periode sebelumnya saat penurunan suku bunga, maka akan memberi dukungan bagi pasar obligasi,” tambahnya.

Dari sisi pasar saham, Senior Portofolio Manager Equity MAMI Samuel Kesuma menjelaskan bahwa tahun ini diharapkan pergerakan harga saham bisa sejalan dengan fundamental perusahaan. Beberapa faktor dapat mendorong pasar saham yang pertama adalah potensi pemangkasan suku bunga yang bisa lebih nyata terjadi di tahun ini.

Samuel menjelaskan, jika suku bunga tetap tinggi, maka kemungkinan imbal hasil obligasi Amerika masih bertahan tinggi, sehingga investor kemungkinan malas mencari pasar lain. Namun berbeda apabila suku bunga diturunkan, maka membuka potensi investor untuk mencari tempat lain.

Investor biasanya akan mencari negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang solid. Dalam situasi ini, Indonesia dianggap merupakan destinasi yang menarik seiring Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) tinggi dan minim ancaman resesi.

Baca Juga: Dolar AS Tak Terbendung Imbas Narasi Hawkish Suku Bunga Kembali Menggema

“Kami percaya minat investor asing akan tetap tinggi. Kalau investor masuk ke Asia, harusnya mencari peluang investasi di luar China karena ketegangan dengan negara barat. Jadi tahun ini dana investasi bisa masuk ke Indonesia,” papar Samuel dalam kesempatan yang sama.

Kedua, Samuel menilai bahwa Indonesia akan menjadi pilihan karena faktor stabilitas rupiah. Hal ini sejalan dengan komitmen Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Dari sisi neraca perdagangan, sudah nampak bagus yang tidak hanya mengandalkan batu bara dan CPO saja sebagai komoditas andalan. Industri besi dan baja Indonesia juga terus dibutuhkan yang tercermin dari meningkatnya pangsa pasar.

Ketiga, pemulihan aktivitas ekonomi akan mendukung pasar saham seiring harapan besar dari pemilihan umum (pemilu) dapat membantu meningkatkan daya beli masyrakat. Bantuan sosial dan perputaran uang selama pemilu akan mendukung perekonomian masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Samuel mengharapkan pergerakan harga saham dapat sejalan dengan fundamentalnya. Secara rata-rata, MAMI memproyeksikan IHSG dapat berada di posisi 7.800 pada akhir tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×