Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Manajer Investasi (MI) menata kembali portofolio produk-produk reksadana. Hal itu seiring sinyal pemangkasan suku bunga yang kian kuat akan berdampak pada rotasi pada aset-aset yang lebih prospektif.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Ezra Nazula, melihat, perubahan ekspektasi suku bunga dan stabilitas rupiah berpotensi membawa iklim yang lebih baik bagi pasar obligasi. Hal ini nantinya berpotensi menarik kembali arus masuk dana asing.
Berkurangnya target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di semester kedua tahun ini juga bisa menjadi katalis positif lainnya bagi pasar obligasi tanah air. Adapun target penerbitan SBN dipangkas menjadi Rp 451,9 triliun dari semula Rp 666,4 triliun untuk tahun 2024.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Kembali Menguat di Semester II-2024, Simak Katalis Pendorongnya
Ezra menilai, imbal hasil saat ini masih cukup menarik, di mana selisih imbal hasil SBN 10Y - UST 10Y berada di 288 bps (lebih tinggi dari rata-rata satu tahun sebesar 245 bps). MAMI pun memperkirakan imbal hasil SBN 10 tahun akan terus melandai ke kisaran 6,00% – 6,25% hingga akhir tahun 2024.
Seiring adanya perubahan arah suku bunga, MAMI selaku Manajer Investasi pun sudah menata kembali portofolio pada produk-produk kelolaan. Hal itu sejalan dengan strategi perusahaan yakni manajemen aktif (active management) dalam mengoptimalkan imbal hasil alias return reksadana.
“Kami sendiri istilahnya sudah melakukan rebalancing untuk portofolio kami karena mengantisipasi adanya penurunan suku bunga di semester kedua,” ungkap Ezra dalam market update MAMI, Rabu (14/8).
Baca Juga: Mandiri Investasi: Iklim Investasi di Masa Transisi Pemerintahan Tetap Kondusif
Teruntuk aset surat utang, Ezra mengatakan bahwa penting untuk melihat durasi yang optimal dalam kondisi saat ini. Tidak hanya itu, perlu juga untuk memperhatikan sektor dari obligasi terkait, sehingga bisa lebih mengoptimalkan portofolio.
Chief Investment Officer Equity MAMI, Samuel Kesuma menambahkan, terdapat beberapa sektor saham yang bisa menjadi pertimbangan di saat siklus pemangkasan suku bunga. Sektor finansial yang berpotensi diuntungkan oleh arus dana asing karena merupakan big caps dan juga likuiditas perbankan mulai terlihat stabil.
Sektor selanjutnya adalah telekomunikasi, baik itu perusahaan penyedia jasa (operator) maupun menara (tower) karena sektor telko dari sisi valuasi dipandang masih tetap menarik. Dan terakhir adalah sektor consumer staples atau yang lebih dikenal dengan FMCG (fast-moving consumer goods), yaitu sektor-sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian.
“Seiring siklus penurunan suku bunga, kondisi akan berubah dan membuat pasar saham kembali atraktif dilihat dari sudut pandang risk return yang ditawarkan,” ujar Samuel.