kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manajer Investasi Dihadapkan Pada Pilihan Dilematis Untuk Saham GOTO


Senin, 11 April 2022 / 18:08 WIB
Manajer Investasi Dihadapkan Pada Pilihan Dilematis Untuk Saham GOTO
ILUSTRASI. Manajer investasi yang tidak mau kinerja produknya tertinggal dari indeks harus mempertimbangkan untuk mengoleksi saham GOTO.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, Senin (11/4), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi melantai di bursa saham dengan harga IPO sebesar Rp 338 per saham. Dengan demikian, angka tersebut mencerminkan kapitalisasi pasar yang diperkirakan mencapai Rp 400,3 triliun.

Lewat hajatan ini, GOTO berhasil meraup dana sebesar Rp 15,8 triliun yang terdiri dari Rp 13,7 triliun dari penawaran umum saham melalui IPO, serta Rp 2,1 triliun melalui penjualan saham treasuri dalam rangka opsi penjatahan lebih (greenshoe). Penghimpunan dana tersebut mencerminkan kapitalisasi pasar sebesar Rp 400,3 triliun. 

Kehadiran GOTO di bursa justru menjadi dilematis bagi kalangan manajer investasi (MI). Maklum, dengan kapitalisasi sebesar tersebut, GOTO punya pengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Alhasil, para MI yang mau mengekor kinerja indeks, harus mempertimbangkan untuk mengoleksi saham GOTO dalam portofolionya. 

Baca Juga: Sucorinvest AM Terapkan Strategi Taktikal dalam Memegang Saham GOTO

Tapi di satu sisi, banyak kalangan yang meragukan fundamental GOTO karena valuasi yang terlalu mahal maupun catatan kinerja GOTO yang masih merugi sejauh ini.

Salah satu MI, Panin Asset Management tak menampik bahwa valuasi GOTO sejatinya mahal. Direktur Panin AM Rudiyanto mengatakan bahwa valuasi GOTO relatif mahal jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis di luar negeri. Kendati begitu, dia menyebut pihaknya tetap berpartisipasi dan mengoleksi saham GOTO di beberapa portofolio reksadana milik Panin AM. 

Menurut Rudiyanto, perusahaan yang masih merugi atau punya valuasi super premium seperti saham teknologi, dalam kasus ini, GOTO, memang sebenarnya sulit untuk memenuhi kriteria sebagai pilihan portofolio investasi di reksadana. 

Baca Juga: Ajaib Borong Lagi 16% Saham Bank Bumi Arta, Kini Jadi Investor Terbesar di BNBA

Hanya saja, untuk GOTO, Panin AM masih memilih untuk mengoleksi lebih karena bobotnya yang besar. Dia menyebut, bobot GOTO sama dengan saham BBCA dan BBRI di IHSG, yaitu 9%. Terlebih lagi, GOTO juga merupakan market leader untuk sektornya.

“Hal ini membuat saham GOTO sebagai saham index mover, sehingga sedikit banyak tetap perlu dimiliki agar kinerja reksadana tetap sejalan dengan market,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (11/4).

Walau begitu, Rudiyanto menyebut bahwa bobot saham GOTO di portofolio reksadana Panin AM tidak sebesar bobotnya di IHSG. Selain itu, dia juga bilang, Panin AM memiliki dua waktu untuk pembelian sahamnya, yakni dibagi menjadi ketika IPO, serta di secondary market sembari melihat perkembangan harga sahamnya.

Baca Juga: Naik 13,02% pada Perdagangan Perdana, GOTO Yakin Inovasi Bisnis Kerek Harga Saham

Ke depannya, dia menyebut Panin AM akan cenderung lebih fleksibel dalam memegang kepemilikan saham GOTO. Jika ternyata ada kenaikan harga yang signifikan, dimungkinkan untuk melakukan profit taking.

“Sementara kalau untuk menahan saham GOTO secara jangka panjang atau tidak, kami melihat perkembangan dari waktu ke waktu,” imbuh Rudiyanto.

Lain halnya dengan Henan Putihrai Asset Management, MI yang satu ini lebih memilih untuk tidak mengoleksi saham GOTO. Head of Business Development Division HPAM Reza Fahmi berujar keputusan tersebut didasari oleh valuasi saham GOTO yang terlampau mahal. Dia menilai, perbandingan valuasi dengan harga IPO GOTO berbeda jauh.

“Valuasi GOTO kami rasa terlalu mahal dan tidak masuk universe investasi kami. Oleh karena itu, HPAM memilih untuk tidak ambil bagian dulu dalam pembelian GOTO kali ini,” ungkap Reza.

Baca Juga: Saham GoTo Mendapat Rekomendasi Beli, tapi Target Harganya Cuma Segini

Walaupun dari sisi fundamental GOTO masih merugi, Reza bilang hal tersebut bukan berarti membuat MI tidak boleh membeli sahamnya. Pasalnya, secara peraturan, tidak ada aturan yang melarang MI untuk membeli sebuah saham yang rugi maupun perusahaan yang tengah merugi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana. Dia bilang tidak ada larangan bagi para MI untuk membeli saham atau emiten dengan fundamental yang buruk. Menurut dia, pertimbangan utama MI dalam memilih saham adalah fundamental dan likuiditas.

Dalam kasus GOTO, dia meyakini GOTO tidak memiliki masalah likuiditas karena sahamnya yang likuid. Namun, dari sisi fundamental, GOTO punya risiko karena kinerjanya yang sejauh ini masih merugi. Selain itu, kenaikan saham GOTO juga tidak ada jaminan akan terus berlangsung. 

Baca Juga: Rampung IPO, Simak Strategi GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) Memacu Kinerja

Apalagi jika berkaca dari saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebelumnya, yang sempat menguat hingga auto rejection atas (ARA), namun pada akhirnya terkoreksi dan kembali sesuai dengan fundamentalnya.

“Saham GOTO mungkin lebih menarik untuk produk reksadana yang dari segi dana kelolaan relatif masih kecil, manuver untuk transaksi keluar-masuknya lebih mudah. Jika dana kelolaannya besar, justru lebih sulit untuk melakukan manuver trading jual-beli karena artinya porsinya juga akan lebih besar,” tutup Wawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×