Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) dan PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA) tengah mendapat sorotan. Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan dua saham tersebut dalam daftar unusual market activity (UMA) pada 8 Januari lalu.
Sebagai catatan, MABA merupakan emiten yang bergerak di bisnis jasa, khususnya perhotelan. Sementara PCAR merupakan perusahaan yang bergerak pada bisnis perdagangan, khususnya penjualan produk perikanan rajungan.
Sejak pertengahan Desember 2017, harga saham MABA terkoreksi. Padahal sebelumnya, saham ini tumbuh cukup fantastis. Sejak resmi melakukan initial public offering (IPO), saham MABA bahkan sempat digembok oleh bursa pada 13 Juli 2017 karena naik signifikan.
Dengan harga IPO senilai Rp 112, pada 27 Juli 2017, harga saham ini sudah nangkring pada level Rp 805. Jelang tutup tahun 2017, saham MABA bertengger di level Rp 1.200. Artinya, harga saham ini sempat naik sekitar 900% lebih.
Namun, sejak awal tahun ini, harga saham MABA terus menurun. Meski begitu, kemarin, harga saham MABA masuk ke urutan keempat top gainers dengan kenaikan 25% menjadi Rp 625 per saham.
Sedangkan harga saham PCAR yang listing pada 29 Desember 2017 terus melonjak. Belum ada satu bulan sejak IPO pada harga Rp 150, saham PCAR kini sudah berada pada level Rp 955. Pada Selasa (9/1), saham PCAR naik 24,8% dari hari sebelumnya menjadi Rp 955.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan, PCAR memiliki price to earning ratio (PER) -106,11 kali, dan MABA memiliki PER -125 kali. Menurutnya, pergerakan kedua saham tersebut saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan.
"Dilihat dari harga IPO MABA pada 112 dan PCAR pada 150, maka return cukup signifikan. MABA return 6 kali, dan PCAR return 9 kali," kata Bertoni. Padahal, kedua emiten ini masih mencatatkan performa negatif. Artinya, kenaikan harga saham yang terjadi tidak sebanding dengan kinerja emiten tersebut.
Misalnya saja. bottom line MABA sampai dengan September 2017 masih tercatat minus Rp 53,33 miliar. Sementara itu, kinerja PCAR juga masih negatif. Data keuangan per 31 Agustus 2017, PCAR mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 3,55 miliar.
"PCAR secara teknikal tidak likuid, sebaiknya dihindari," kata Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas. Demikian juga dengan MABA yang secara teknikal masih downtrend.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News