Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) dan PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA) menarik perhatian. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun memantau kedua saham ini dengan memasukkannya dalam daftar Unusual Market Activity (UMA) pada 8 Januari 2018.
Belakangan ini, pergerakan saham MABA cenderung variatif. Sejak pertengahan Desember 2017, saham MABA terkoreksi. Padahal sebelumnya, saham ini tumbuh cukup fantastis.
Sebelumnya, sejak resmi melakukan initial public offering (IPO), saham MABA bahkan sempat digembok bursa pada 13 Juli 2017. Suspensi dilakukan lantaran bursa melihat adanya aktivitas perdagangan yang tidak wajar. Peningkatan harga kumulatif terjadi secara signifikan.
Memang, sejak IPO pada 22 Juni 2017 saham MABA melejit drastis. Harga IPO MABA di level Rp 112, lalu sebulan setelah IPO, harganya sudah nangkring pada level Rp 805. Sampai menjelang tutup tahun 2017, saham MABA bertengger di level Rp 1.200 pada 28 Desember 2017.
Namun, sejak awal tahun saham MABA mulai menurun. Meski demikian, pada Selasa (9/1), saham MABA masih masuk urutan keempat top gainers dengan pertumbuhan saham sebesar 25%, dari Rp 500 menjadi Rp 625.
Sementara, saham PCAR yang listing pada 29 Desember 2017 terus melonjak. Belum ada sebulan sejak IPO di harga Rp 150, saham PCAR kini berada pada level Rp 955. Saham ini pun masuk dalam top gainers di urutan kelima pada perdagangan Selasa (9/1). PCAR naik 24,8% menjadi Rp 955.
William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas menyebut, kedua saham baru tersebut memiliki volatilitas tinggi. Oleh karena itu, BEI menjaga dan memberikan keamanan serta kenyamanan kepada investor dengan melakukan cooling down lewat UMA. "Sekaligus sebagai remainder," kata William kepada KONTAN, Selasa (9/1).
Sebagai saham yang belum lama terdaftar, belum kelihatan detail performa saham tersebut. Namun, pergerakan saham berikutnya akan kembali pada supply and demand saham itu. "Lebih pada saham yang dilempar ke market. Hukum supply and demand," papar Micahel.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, PCAR memiliki price to earning ratio (PER) -106,11 kali, dan MABA dengan PER -125 kali. Pergerakan kedua saham tersebut saat ini, tidak mencerminkan fundamental perusahaan.
"Dilihat dari harga IPO MABA pada Rp 112 dan PCAR pada Rp 150, maka return masing-masing cukup signifikan. MABA return 6 kali, dan PCAR return 9 kali," kata Bertoni kepada KONTAN, Selasa (9/1).
Mengulik laporan kinerja emiten, kedua saham ini masih mencatatkan performa negatif. Artinya, kenaikan saham yang terjadi pada kedua saham ini tidak sebanding dengan kinerja emiten tersebut. Misalnya saja. kinerja bottom line MABA sampai dengan September 2017 masih mencatatkan rugi bersih Rp 53,33 miliar. Angka ini bahkan lebih besar dibandingkan periode yang sebelumnya di mana rugi bersih tercatat Rp 34,08 miliar.
Sementara, kinerja PCAR juga masih negatif. Data keuangan per 31 Agustus 201 menunjukkan, PCAR mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 3,55 miliar. "PCAR secara teknikal tidak likuid, sebaiknya dihindari," kata Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas, Selasa (9/1).
Nafan juga menambahkan, untuk MABA secara teknikal masih downtrend. Sebab, pergerakan harga berada di bawah MA 60. Sementara kinerja laporan keuangan kuartal III-2017 juga masih negatif. "Sebaiknya dihindari," imbuhnya.
Sebagai catatan, MABA merupakan emiten yang bergerak pada bidang jasa, khususnya perhotelan. Sementara, PCAR merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan, khususnya penjualan produk perikanan rajungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News