kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lirik fundamental, jangan terkecoh tapering off!


Senin, 06 Januari 2014 / 09:24 WIB
Lirik fundamental, jangan terkecoh tapering off!
ILUSTRASI. Promo PegiPegi Time Merdeka, Diskon Hotel Domestik & Internasional s.d 40% + 12%


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tahun lalu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) efektif dibayangi keputusan The Federal Reserve (Fed) terkait dengan pengurangan pembelian aset alias stimulus atau tapering off.

Namun untuk tahun ini, pelaku pasar sepatutnya tidak panik seperti pada kejadian isu tapering off Agustus 2013 lalu, yang membuat IHSG terperosok sangat dalam. Setidaknya, ini adalah pandangan dari riset Henan Putihrai.

Hasil riset Henan Putihrai menyimpulkan, fundamental IHSG saat ini cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari pergerakan IHSG ketika krisis global 2007 terjadi. Begitu juga dengan respon IHS saat penerapan stimulus The Fed yang lebih dikenal dengan quantitative easing pertama (QE1).

Agustus 2007, krisis subprime mortgage di AS memberikan efek berantai bagi keuangan hampir seluruh negara sehingga krisis global pun terjadi. Sebagai responsnya, The Fed mengeksekusi QE1 awal Desember 2008 hingga Maret 2010 dengan total pembelian MBS sebesar US$175 juta.

QE1 dilanjutkan pada periode Januari 2009 hingga Agustus 2010 ketika The Fed kembali membeli US$1,25 triliun MBS. QE1 yang terbagi dalam dua periode itu memang membuat pergerakan IHSG cenderung naik, secara garis besar beranjak dari di bawah level 2.000 pada akhir 2008 menjadi di atas level 3.000 pada kuartal III 2010.

Selama periode itu pula isu berakhirnya QE selalu membayangi pergerakan IHSG. Spekulasi baru mereda setelah The Fed memutuskan untuk melanjutkan QE. Awal November 2010 hingga Juni 2011, The Fed mengeksekusi QE2 dengan membeli US$600 miliar Treasuries.

Tapi, spekulasi maju mundurnya penghapusan QE selama QE1 dan QE2 berlangsung ini tidak memberikan dampak signifikan bagi pergerakan IHSG. Jika pada akhir 2008 IHSG masih di bawah level 2.000, tapi pada kuartal II 2013 IHSG justru sempat menyentuh level di atas 5.000.

Padahal, selama periode 2008 hingga pertengahan 2013 lalu IHSG berkali-kali didera isu penghapusan QE. Sedikit banyak, isu penghapusan QE memang berpengaruh. Tapi, terperosoknya IHSG pada Agustus 2013 lalu sempat menyentuh level 3.900 itu lebih disebabkan sentimen negatif dari kenaikan BBM dan lonjakan inflasi, bukan QE.

Nah, sekarang yang perlu menjadi perhatian adalah, suku bunga acuan The Fed atau Fed rate. Perlu diingat, QE yang dilakukan The Fed juga disertai dengan kebijakan Fed rate yang rendah, hanya 0,25%.

Reli yang terjadi di pasar saham yang selama ini terjadi lebih didorong oleh tingkat suku bunga super rendah yang ditetapkan The Fed itu. Tingkat suku bunga rendah pada aset yang relatif aman seperti obligasi memaksa investor untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi di aset-aset yang lebih berisiko seperti pasar saham.

Andai The Fed kini mengambil langkah menarik program QE dan suku bunga mulai naik, maka dana yang telah mengalir ke pasar saham mungkin kembali ke pasar obligasi, sehingga mengubah reli yang terjadi di pasar saham menjadi loss.

Tapi, jangan panik berlebihan. Pelaku pasar sudah seharusnya tahu jika penghapusan dua stimulus (QE dan kenaikan Fed rate) tersebut, atau bahasa kerennya tapering itu tidak bersifat abadi. Suatu saat, tapering pasti akan dilakukan.

Namun, tapering akan dilakukan jika ekonomi AS pulih secara sempurna. Perlu diperhatikan juga, bahwa skala pengurangan QE3 awal Januari ini terbatas, sehingga mengindikasikan The Fed masih skeptis terhadap prospek pemulihan ekonomi dan lapangan kerja.

Artinya, stimulus masih akan berlanjut. Fed rate yang rendah juga akan terus berlanjut, paling tidak untuk beberapa tahun ke depan.

Isu dari The Fed ini sebaiknya jangan menjadi fokus utama dalam pengambilan keputusan investasi. Justru fundamental emiten yang layak dijadikan fokus utama. Jika ekonomi menguat emiten akan menghasilkan penjualan dan laba yang lebih besar, dan hal itu akan tercermin pada kenaikan harga saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×