Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Dari sisi aset, LPKR juga memimpin dengan total aset mencapai Rp 58,7 triliun disusul Sinarmas Land dengan aset Rp54 triliun, pengembang Ciputra Rp35,7 triliun, Agung Podomoro Rp29,7 triliun, Pakuwon Rp28,7 triliun, Sumarecon Rp 23,9 triliun, Modern Land Rp16,5 triliun, dan Jababeka Rp 12 triliun.
Dari sisi recurring revenue, LPKR juga menjadi pengembang yang paling moncer, dengan proyeksi pendapatan senilai Rp9,6 triliun. Recurring revenue LPKR hampir tiga kali lipat lebih banyak dari raihan Pakuwon di posisi kedua sebesar Rp3,4 triliun.
Dari sisi likuiditas perusahaan, LPKR juga semakin solid. Debt to equity ratio (DER) LPKR saat ini adalah yang terbaik di antara semua pengembang di angka 37 %.
Baca Juga: Semester II-2019, Lippo Karawaci Tbk (LPKR) akan kantongi dana segar Rp 4 triliun
Sementara itu, DER SMRA mencapai 122 %, APLN 88 %, MDLN 77 %, KIJA 70 %, dan CTRA mencapai 60 %. DER LPKR yang sangat rendah menunjukkan kesehatan persero yang sangat baik dan kemampuan untuk berkembang di tahun-tahun mendatang.
Adapun dari sisi kepemilikan mal, LPKR juga memimpin dengan 51 mal. Sementara itu, pengembang BSDE berada di posisi kedua dengan 16 mal, APLN 13 mal, Pakuwon 7 mal, Ciputra 4 mal, dan Summarecon 3 mall.
Kemudian dari sisi average trading volume, saham LPKR juga tercatat paling banyak diperdagangkan sebanyak 80 juta lembar saham per hari, lebih banyak dibanding dengan saham pengembang lain. Saham PWON berada di posisi kedua dengan 75 juta lembar, CTRA 46 juta lembar, APLN 40 juta lembar, dan SMRA 16 juta lembar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News