kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lima saham ini menekan IHSG sejak awal tahun, simak rekomendasi analis


Minggu, 24 November 2019 / 17:06 WIB
Lima saham ini menekan IHSG sejak awal tahun, simak rekomendasi analis
ILUSTRASI. Pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang tahun berjalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,52% ke level 6.100,24 pada penutupan perdagangan Jumat (22/11). 

Adapun saham yang menjadi pemberat IHSG antara lain PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) turun 45,6%, PT Astra International Tbk (ASII) turun 19,5%, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 36,3%, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) turun 48,9% dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 7,2%.

Baca Juga: Simak pandangan analis soal prospek saham KEJU dan PSGO yang akan IPO pekan depan

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, mengatakan, penurunan HMSP dan GGRM masih terkait kenaikan cukai rokok yang akan berlaku tahun depan.

Berdasarkan catatan Kontan, rata-rata kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2020 sebesar 21,55%. Secara rerata, tarif CHT Sigaret Kretek Mesin (SKM) naik 23,29%, Sigaret Putih Mesin (SPM) naik 29,95% dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) atau Sigaret Putih Tangan naik 12,84%.

"Sentimen cukai rokok hanyalah sementara saja, karena kami melihat bahwa industri rokok masih akan terus tumbuh. Didukung oleh perokok aktif yang ada di Indonesia serta harga rokok di kawasan Asia yang masih terbilang murah," jelas Nico saat dihubungi Kontan, Minggu (24/11).

Baca Juga: Usai melemah dalam sepekan, bagaimana nasib IHSG pekan depan?

Analis Profindo Sekuritas Indonesia Dimas Wahyu Pratama juga sependapat bahwa tekanan pada HMSP dan GGRP karena kenaikan cukai rokok yang mencapai dua kali lipat.

Sedangkan pada tahun ini, cukai rokok sama sekali tidak naik."Untuk rokok wait and see dulu sampai rilis laporan kuartal I-2020," kata Dimas.

Keduanya juga kompak mengatakan penurunan saham ASII terkait dengan penjualan otomotif yang turun. ASII membukukan total penjualan mobil domestik sampai dengan Oktober 2019 turun 11,73% atau hanya menjual sebesar 849.609 unit.

Baca Juga: Mengintip nasib rupiah di pekan terakhir November

Market share ASII pada Oktober 2019 juga hanya 53%, turun bila dibandingkan September 2019 yang mencapai 56%.

"Memang beberapa kali local auto sales mengalami pertumbuhan, tetapi market share ASII terbagi dengan beberapa kompetitor lain, ini yang membuat ASII tertekan," jelas Nico.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham Profindo Sekuritas untuk perdagangan hari ini

Sedangkan untuk BDMN, Nico melihat penurunan ini karena adanya proses transisi akuisisi oleh MUFG Bank dari Jepang pada Agustus lalu.

Dalam 12 bulan ke depan, Nico melihat beberapa saham masih berpotensi mengalami kenaikan. ASII berpotensi mengalami kenaikan dengan target harga RP 7.700, begitu juga dengan GGRM dengan target harga Rp 63.150.

Baca Juga: Mata uang emerging mendekati level termurah dalam dua dekade, rupiah paling menarik

Sementara HMSP masih berpotensi turun dengan target harga Rp 2.350, UNVR berpotensi turun dengan target harga Rp 46.450, dan BDMN secara teknikal masih mengalami penurunan

"Namun mulai masuk area oversold, sehingga ada potensi kenaikan BDMN dalam waktu dekat dengan target harga Rp 5.500," jelas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×