Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada pekan terakhir bulan November. Pekan lalu, kurs rupiah spot melemah 0,11% ke Rp 14.092 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah Bank Indonesia pun menunjukkan pelemahan rupiah 0,22% dalam sepekan ke Rp 14.100 per dolar AS.
Belum adanya titik terang mengenai penyelesaian perang dagang AS dan China membuka peluang pelemahan rupiah berlanjut di pekan depan. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kesepakatan dagang AS dan China akan molor dari jadwal karena China merespons negatif sikap pemerintah AS yang mendukung demonstran di Hong Kong.
Baca Juga: IHSG masih minus sejak awal tahun, kapan benar-benar akan naik?
Keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan pada 5% tak mampu meredam pelemahan rupiah sepekan lalu. "Pelaku pasar masih khawatir pada kondisi global dan membuat aset safe haven kembali meningkat, akhirnya rupiah cenderung melemah," kata Josua, Jumat (22/11).
Kompak, analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan suku bunga yang BI pertahankan di level 5% tidak berdampak signifikan pada pergerakan rupiah di pekan lalu.
Penyebabnya, sentimen perang dagang AS dan China lagi-lagi menyita perhatian pelaku pasar. "Hingga pertemuan AS dan China dua pekan lagi, sentimen perang dagang masih mendominasi," kata Lukman.
Selain dominasi pengaruh perang dagang, Josua mengatakan pelaku pasar juga menanti data pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal III-2019. Pekan depan, rupiah akan kekurangan sentimen domestik karena tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.
Baca Juga: Minim katalis positif, IHSG melemah 0,45% dalam sepekan
Lukman menilai rupiah masih akan tertekan di pekan depan. Apalagi di tengah ketidakpastian kondisi global, biasanya dolar AS akan lebih diuntungkan daripada rupiah. Tapi secara teknikal, kurs rupiah masih bisa bertahan atau menguat terbatas.
Lukman memproyeksikan rupiah sepekan depan bergerak di rentang Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS. Kompak, Josua juga memproyeksikan rentang rupiah yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News