kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,75   9,36   1.04%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas ketat, Moody's pangkas outlook Tunas Baru Lampung (TBLA) jadi negatif


Senin, 04 Mei 2020 / 15:50 WIB
Likuiditas ketat, Moody's pangkas outlook Tunas Baru Lampung (TBLA) jadi negatif
ILUSTRASI. Produk minyak goreng Rose Brand produksi PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) di hipermarket Jakarta Selatan (13/01/2015). KONTAN/Daniel Prabowo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service menegaskan peringkat PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan obligasi senior tanpa jaminan yang diterbitkan oleh anak perusahaan TBLA, TBLA International Pte. Ltd di level Baa3. Pada saat yang sama, Moody's merevisi prospek peringkat ini menjadi negatif dari stabil.

"Perubahan dalam outlook TBLA ke negatif dari stabil mencerminkan kami memperkirakan metrik kredit dan posisi likuiditas dalam 12 bulan ke depan dalam kondisi yang menantan," kata Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody dalam rilis Senin (4/5). 

Baca Juga: Induk usaha TBLA lakukan operasi pasar 5 ton gula pasir

Penegasan peringkat Ba3 TBLA, mencerminkan fundamental perusahaan seperti permintaan domestik dalam jangka panjang masih menguntungkan. "TBLA memiliki komoditas ganda yakni 
bisnis kelapa sawit dan gula," jelas Hasnain, Lead Analis Moody's untuk TBLA. 

Penyebaran wabah virus corona yang cepat dan meluas memperburuk prospek ekonomi global. Sehingga penurunan harga minyak dan penurunan harga aset. Hal ini menciptakan guncangan kredit di banyak sektor, wilayah dan pasar. Efek kredit gabungan dari perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Moody's menganggap wabah virus corona menjadi risiko sosial di bawah kerangka kerja lingkungan, sosial dan tata Kelola (ESG). Sebab implikasi substansial pada kesehatan masyarakat dan
keamanan. Tindakan hari ini mencerminkan dampak virus corona pada TBLA cukup luas dan berpotensi membuat goncangan terhadap kualitas kredit. 

Baca Juga: Tunas Baru Lampung (TBLA) siapkan dana sebesar ini untuk buyback saham

Moody's memperkirakan, pertumbuhan pendapatan yang berpotensi melambat dan peningkatan utang akan membuat utang yang disesuaikan/EBITDA TBLA berada di 4,0-4,2 kali. Sementara, penyesuaian EBITA/bunga berada di 1,6-1,8 kali selama 12-18 bulan ke depan. Ini akan menjadi pemicu peringkat Ba3 dipangkas karena batasan utang yang disesuaikan per EBITDA dan EBITA/bunga masing-masing harus tidak kurang dari 4,0 kali dan 2,75 kali. 

Sementara, penjualan minyak kelapa sawit dan gula dapat meningkat pada kuartal I-2020 karena pelanggan membutuhkan persediaan. Tapi pertumbuhan pendapatan dalam 12 bulan ke depan akan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi efek dari penyebaran virus corona sehingga aktivitas konsumsi domestik terganggu.

Penurunan besar dalam harga minyak bumi juga akan berefek pada permintaan biodiesel TBLA. Padahal segmen ini berkontribusi 27% dari pendapatan konsolidasi pada tahun 2019. "Bisa
menurun karena perbedaan harga antara biodiesel dan diesel meningkat," terang Hasnain. 

Tapi TBLA telah memitigasi risiko penurunan permintaan lantaran telah memiliki kontrak untuk BUMN migas, PT Pertamina untuk menjual sekitar 340.000 ton biodiesel pada tahun 2020, naik dari tahun 2019 sebanyak 217.000 ton. Sejauh ini, TBLA belum melaporkan ada penundaan atau pembatalan kontrak dari Pertamina. 

Baca Juga: Turunkan saldo utang bank, Tunas Baru Lampung (TBLA) tawarkan obligasi Rp 500 miliar

Moody's memperkirakan likuiditas TBLA akan tetap lemah. Ini karena sumber kas internal TBLA tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam 12-15 bulan. Hal ini terutama didorong utang jangka pendek TBLA dapat diperpanjang setiap tahun. TBLA juga memiliki wesel jangka menengah jatuh tempo pada bulan Desember 2020 senilai Rp 411 miliar dan jatuh tempo Maret 2021 senilai Rp 239 miliar

Tapi manajemen cukup proaktif dalam mengelola struktur modalnya. Di tengah kondisi pasar saat ini, TBLA harus dapat membuktikan bisa melakukan pembiayaan kembali.

TBLA telah menyatakan memiliki Rp 2,7 triliun fasilita kredit jangka pendek yang belum ditarik per 31 Desember 2019. Dana tersebut dapat menyediakan likuiditas sementara. Moody's mengharapkan, fasilitas bank-bank tersebut dapat terus dilanjutkan. Kesulitan apa pun yang dirasakan TBLA untuk memperpanjang fasilitas akan menunjukkan penurunan profil likuiditasnya, dan kemungkinan mengarah ke tindakan peringkat negatif.

Baca Juga: TBLA alokasikan US$ 26 juta untuk penambahan dan pembangunan pabrik tahun depan

Pelemahan pendapatan TBLA juga akan mengurangi pemeliharaan pinjaman bank TBLA. Moody memperkirakan, TBLA akan memiliki ruang di bawah cakupan layanan utangnya dengan rasio 120% pada beberapa pinjaman bank pada akhir 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×