kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Likuiditas ketat, Moody's pangkas outlook Tunas Baru Lampung (TBLA) jadi negatif


Senin, 04 Mei 2020 / 15:50 WIB
Likuiditas ketat, Moody's pangkas outlook Tunas Baru Lampung (TBLA) jadi negatif
ILUSTRASI. Produk minyak goreng Rose Brand produksi PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) di hipermarket Jakarta Selatan (13/01/2015). KONTAN/Daniel Prabowo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

Penurunan besar dalam harga minyak bumi juga akan berefek pada permintaan biodiesel TBLA. Padahal segmen ini berkontribusi 27% dari pendapatan konsolidasi pada tahun 2019. "Bisa
menurun karena perbedaan harga antara biodiesel dan diesel meningkat," terang Hasnain. 

Tapi TBLA telah memitigasi risiko penurunan permintaan lantaran telah memiliki kontrak untuk BUMN migas, PT Pertamina untuk menjual sekitar 340.000 ton biodiesel pada tahun 2020, naik dari tahun 2019 sebanyak 217.000 ton. Sejauh ini, TBLA belum melaporkan ada penundaan atau pembatalan kontrak dari Pertamina. 

Baca Juga: Turunkan saldo utang bank, Tunas Baru Lampung (TBLA) tawarkan obligasi Rp 500 miliar

Moody's memperkirakan likuiditas TBLA akan tetap lemah. Ini karena sumber kas internal TBLA tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam 12-15 bulan. Hal ini terutama didorong utang jangka pendek TBLA dapat diperpanjang setiap tahun. TBLA juga memiliki wesel jangka menengah jatuh tempo pada bulan Desember 2020 senilai Rp 411 miliar dan jatuh tempo Maret 2021 senilai Rp 239 miliar

Tapi manajemen cukup proaktif dalam mengelola struktur modalnya. Di tengah kondisi pasar saat ini, TBLA harus dapat membuktikan bisa melakukan pembiayaan kembali.

TBLA telah menyatakan memiliki Rp 2,7 triliun fasilita kredit jangka pendek yang belum ditarik per 31 Desember 2019. Dana tersebut dapat menyediakan likuiditas sementara. Moody's mengharapkan, fasilitas bank-bank tersebut dapat terus dilanjutkan. Kesulitan apa pun yang dirasakan TBLA untuk memperpanjang fasilitas akan menunjukkan penurunan profil likuiditasnya, dan kemungkinan mengarah ke tindakan peringkat negatif.

Baca Juga: TBLA alokasikan US$ 26 juta untuk penambahan dan pembangunan pabrik tahun depan

Pelemahan pendapatan TBLA juga akan mengurangi pemeliharaan pinjaman bank TBLA. Moody memperkirakan, TBLA akan memiliki ruang di bawah cakupan layanan utangnya dengan rasio 120% pada beberapa pinjaman bank pada akhir 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×