kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Liga Saham Big Cap Kamis (12/12): GGRM terlempar, cermati saham BBRI, BBCA dan ASII


Jumat, 13 Desember 2019 / 05:55 WIB
Liga Saham Big Cap Kamis (12/12): GGRM terlempar, cermati saham BBRI, BBCA dan ASII
ILUSTRASI. Gudang Garam (GGRM) kembali terpental dari papan peserta Liga Saham Big Cap, Kamis (12/12). Kapitalisasi pasar GGRM turun lagi ke bawah Rp 100 triliun.


Reporter: Barly Haliem, Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gudang Garam (GGRM) kembali terpental dari papan peserta Liga Saham Big Cap. Sebab nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham GGRM turun lagi ke bawah Rp 100 triliun.

Pada perdagangan saham Kamis (12/12), harga saham GGRM turun 350 poin atau 0,67% menjadi Rp 51.850 per saham. Market cap saham GGRM pun merosot menjadi Rp 99,76 triliun.

Jika dihitung sejak awal perdagangan pekan ini, market cap saham GGRM turun Rp 3,85 triliun. Sementara dibandingkan satu pekan lalu, nilai pasar saham GGRM sudah merosot Rp 2,02 triliun.

Dalam beberapa waktu terakhir, sentimen negatif masih membayangi saham emiten rokok. Tekanan paling menonjol terhadap saham rokok masih berasal dari kenaikan cukai rokok sebesar 23% di tahun depan. Sentimen ini dinilai akan menurunkan kinerja emiten rokok.

Baca Juga: IHSG turun tiga hari berturut-turut, ini prediksi IHSG pada perdagangan Jumat (13/12)

Selain kenaikan cukai rokok, saham GGRM dan kompetitornya, saham HM Sampoerna (HMSP), tertekan aksi jual investor asing. Dalam sebulan terakhir, asing terlihat menjual kepemilikannya di saham GGRM dan saham HMSP.

Aksi asing itu berlanjut pada perdagangan saham Kamis kemarin. Pemodal asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) saham GGRM senilai Rp 20,85 miliar. Sementara net sell asing di saham HMSP sekitar Rp 20,66 miliar.

Dalam salah satu ulasannya di Harian KONTAN belum lama ini,  analis saham dari Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, saham GGRM dan saham HMSP tetap prospektif ke depan.Dia menilai kinerja dua emiten saham rokok ini masih solid dan terjaga.

Oleh karena itu, Chris  melihat saham GGRM dan HMSP masih menarik untuk jangka panjang. Apalagi, harganya sudah tergolong murah setelah penurunan yang cukup dalam.

Masih di ulasan yang sama, analis MNC Sekuritas Jessica Sukimaja juga memperkirakan, gejolak saham GGRM dan HMSP akan reda jika aturan tarif cukai baru berjalan dengan baik.

Jika mengacu kinerja kuartal III-2019, Jessica melihat fundamental HMSP stabil. Perusahaan ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih 5,26% secara tahunan menjadi Rp 10,20 triliun meski pendapatan HMSP tercatat turun tipis 0,03% year on year (yoy) menjadi Rp 77,50 triliun.

Sementara itu, GGRM berhasil membukukan pertumbuhan pada pendapatan dan laba bersihnya Pendapatan GGRM tumbuh 16,93% yoy menjadi Rp 81,72 triliun dan laba bersih GGRM tumbuh lebih tinggi, yakni 25,69% yoy menjadi Rp 7,24 triliun.

Baca Juga: Turun tiga hari beruntun, IHSG ditutup terkoreksi 0,66% Kamis (12/12)

Oleh karena itu, dia merekomendasikan buy saham HMSP  dan saham GGRM. Dalam hitungan dia, harga pasar wajar saham HMSP adalah Rp 2.750 per saham, sementara harga wajar saham GRRM adalah Rp 63.000 per saham.

Hanya Saham BBRI dan TPIA  yang berakhir positif

Masih di hari perdagangan saham yang sama, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali memimpin pencetak skor kenaikan harga saham peserta Liga Saham Big Cap. Harga saham BBRI naik 40 poin atau 0,96% menjadi Rp 4.250 per saham.

Saham BBRI juga pantas dicermati. Di antara saham bank big cap yang lain, nilai transaksi saham BBRI terus membesar.

Pada perdagangan saham kemarin, transaksi saham BBRI melibatkan 125,55 juta unit saham. Total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 533,52 miliar pada perdagangan saham Kamis ini. Nilai transaksi ini tertinggi kedua di bursa saham setelah transaksi saham PT Telekomunikasi  Indonesia Tbk (TLKM).

Baca Juga: Rekomendasi teknikal saham JPFA, BSDE dan SSIA pada perdagangan Jumat (13/12)

Kemarin, saham BBRI juga tercatat sebagai saham paling banyak diborong investor asing di bursa saham. Pada perdagangan Kamis (12/12), asing mencatatkan net buy saham BBRI senilai Rp 260,6 miliar.

Setelah saham BBRI, saham TPIA juga naik panggung. Memang, saham TPIA naik tipis sajam 0,25% menjadi Rp 9.850 per saham di penutupan bursa saham.

Namun, harga saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu itu sempat memperbarui rekor harga tertingginya sepanjang sejarah. Di tengah perdagangan saham kemarin, harga saham TPIA menyentuh Rp 9.950 per saham. Rekor harga tertinggi sebelumnya adalah Rp 9.925 per saham.

Secara umum, harga mayoritas saham peserta Liga Saham Big Cap pada perdagangan saham kemarin turun. Hanya dua saham yang naik, yakni saham BBRI dan saham TPIA. Harga tiga saham tak berubah, sementara delapan saham lainnya turun.

Baca Juga: Lego saham Bank Permata, Stanchart bakal cuan US$ 0,5 miliar

Ada pun hasil akhir perdagangan saham peserta Liga Saham Big Cap edisi Kamis (12 Desember 2019) adalah sebagai berikut:

Harga Saham Peserta Liga Saham Big Cap Kamis (12/12)
Rank Kode Harga* Perubahan Volume** Nilai***
1 BBRI 4.250 0,95% 125,55 533,52
2 TPIA 9.850 0,25% 8,21 81,18
3 BBNI 7.525 - 25,44 193,04
4 ASII 6.550 - 16,63 109,36
5 HMSP 2.050 - 25,53 52,36
6 BRPT 1.410 -0,35% 58,91 83,53
7 BBCA 31.700 -0,62% 15,84 504,57
8 ICBP 11.375 -0,65% 3,94 44,87
9 GGRM 51.850 -0,67% 1,24 64,43
10 BMRI 7.300 -0,68% 39,87 293,07
11 TLKM 3.950 -2,46% 147,63 587,07
12 UNVR 41.000 -2,61% 2,67 110,39
13 CPIN 6.525 -5,43% 9,32 61,88

 *Rp per saham, **juta unit saham, ***Rp miliar
Sumber: RTI & Riset KONTAN

Bursa saham kembali meriah

Meski mayoritas harga saham peserta Lga Saham Big Cap turun, perdagangan saham BEI pada lebih meriah. Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 0,66% menjadi 6.139,40.

Volume dan nilai transaksi saham juga melesat dibandingkan dengan perdagangan saham sehari sebelumnya. Sepanjang perdagangan saham kemarin, volume transaksi saham melibatkan sekitar 13,91  miliar unit saham, naik 61,9% dibanding dengan volume perdagangan saham Rabu (11/12).

Nilai transaksinya mencapai Rp 9,17 triliun, naik hampir setengah dari nilai transaksi saham sehari sebelumnya. Investor asing juga mulai menceploskan kembali dananya ke pasar saham dalam negeri, sekitar Rp 166,79 miliar.

Baca Juga: Sepanjang 2019 sudah ada 52 emiten yang melantai di BEI, seperti apa prospeknya?

Meski begitu, sejumlah analis memproyeksikan pasar saham hari ini akan melanjutkan penurunannya. "Secara teknikal besok masih akan terkoreksi," kata M Nafan Aji, analis Binaartha Sekuritas, kemarin.

Hitungan Nafan, IHSG akan bergerak di kisaran support 6.086-6.119 dan resistance antara 6.167-6.211.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menyebut, secara teknikal, IHSG sudah mengkonfirmasi pulled back bearish trend dengan breakout MA5 dan MA50. Ia memprediksi IHSG melemah dan akan bergerak dengan kisaran 6.113-6.176.

Sentimen perang dagang masih jadi penggerak pasar hari ini. Pelaku pasar masih akan wait and see keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) seputar penetapan tambahan tarif impor barang asal China yang akan jatuh tempo 15 Desember nanti. Sementara dari dalam negeri tidak ada sentimen yang cukup kuat untuk mengangkat indeks saham.

Saham BBCA dan ASII sorotan pasar

Nah, sebelum mengakhiri review laga Liga Saham Big Cap kali ini, ada sejumlah saham yang bisa dicermati pada perdagangan saham hari ini.

Masih sama seperti sebelumnya, di antara 13 saham big cap peserta Liga Saham Big Cap, perdagangan saham BBCA dan ASII hari ini akan banyak dicermati oleh pelaku pasar saham.

Saham BBCA masih diliputi oleh sentimen akuisisi Rabobank Indonesia. BBCA  dan BCA Finance, anak usaha BBCA, akan mengakuisisi 100% saham Rabobank Indonesia senilai sekitar Rp 397 miliar.

Sementara saham ASII juga masuk dalam radar pasar sehubungan dengan transaksi penjualan saham Bank Permata (BNLI). Kemarin (12/12), ASII dan Standard Chartered bank (Stanchart) sebagai pemilik 89,12% saham Bank Permata meneken perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Bangkok Bank dari Thailand.  

Astra dan Stanchart  sama-sama memiliki 44,56% saham BNLI. Bangkok Bank akan memborong seluruh saham Bank Permata milik Astra dan Stanchart. Nilai akuisisi ini sekitar US$ 2,6 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp 37,43 triliun.

Baca Juga: Bangkok Bank bakal gelontorkan Rp 37,43 triliun untuk akuisisi Bank Permata (BNLI)

Transaksi penjualan saham BNLI akan menjadi sentimen bagi pergerakan saham ASII hari ini. Apalagi mulai beredar spekulasi bahwa dana hasil penjualan saham BNLI akan masuk sebagai dividen bagi pemegang saham. Sebagai gambaran, jika transaksi jual beli saham BNLI kelar, ASII akan mengantongi sekitar Rp 18,7 triliun.

Sebagai penutup, saham BBCA masih kokoh di puncak di posisi puncak klasemen Liga Saham Big Cap. Agar makin lebih jelas, berikut ini peringkat lengkap saham peserta Liga Saham Big Cap berdasarkan penutupan bursa saham Kamis (12 Desember 2019):

Peringkat Market Cap Bursa Saham, Kamis (12/12)
Kode Harga* Market Cap** PER (x) PBV (x)
BBCA 31.700 781,56 28,03 4,65
BBRI 4.250 524,22 15,86 2,63
TLKM 3.950 391,29 17,79 3,36
BMRI 7.300 340,67 12,61 1,7
UNVR 41.000 312,83 42,58 45,4
ASII 6.550 265,17 12,52 1,47
HMSP 2.050 238,45 17,52 7,45
TPIA 9.850 175,66 188,77 6,99
BBNI 7.525 140,33 8,79 1,16
ICBP 11.375 132,65 25,62 5,26
BRPT 1.410 125,51 81,07 0,65
CPIN 6.525 106,99 31,22 5,34
GGRM 51.850 99,76 10,33 2,11

 *Rp per saham **Rp triliun
Sumber: RTI dan Riset KONTAN

Begitulah ulasan hasil laga Liga Saham Big Cap berdasarkan perdagangan saham Kamis, 12 Desember 2019. Nantikan selalu ulasan-ulasan seru seputar liga saham big cap yang pasti seru dan berguna bagi pengembangan investasi saham Anda. Salam Liga Saham, semoga Anda senantiasa cuan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×