Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perusahaan holding pengembangan batubara dan sumber mineral lainnya, PT JSI Sinergi Mas (JSI) siap menjadi pengendali baru PT Leyand International Tbk (LAPD) setelah menuntaskan pengambilalihan alias akuisisi saham.
PT JSI Sinergi Mas mengakuisisi 51% saham LAPD yang disetor dan ditempatkan dalam LPAD milik Laymand Holdings Pte Ltd, PT Intiputera Bumitirta, Keraton Investment Ltd, Elvi Felicia dan Leo Andyanto.
Sebelum akuisisi, PT JSI Sinergi Mas sudah memiliki 139,18 juta saham LAPD atau setara 3,51%. Kemudian pada 17 September 2025, PT JSI Sinergi Mas menambah membeli LAPD sebanyak 209,23 juta di harga Rp 155 per lembar.
Baca Juga: JSI Sinergi Mas Tuntaskan Akuisisi Saham Leyand International (LAPD)
Selang sehari, PT JSI Sinergi Mas kembali melakukan penambahan kepemilikan dengan membeli 165,32 juta saham LAPD di harga 175 atau senilai Rp28,93 miliar pada 18 September 2025.
Direktur Utama Leyand International Bambang Rahardja Burhan menegaskan transaksi antara PT JSI Sinergi Mas dan para pemegang saham berlangsung sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.
“Selanjutnya, Leyand International akan menjalankan bisnis sesuai dengan arahan pemegang saham baru dan tetap berkomitmen untuk memenuhi ketentuan di pasar modal,” katanya dalam keterangan resminya, Selasa (23/9/2025).
Rencana ke depan
Bersamaan dengan langkah tersebut, JSI pun tengah meramu berbagai rencana bisnis strategis. Direktur Utama sekaligus Founder JSI, Jamal Abdul Nasir mengungkapkan bahwa rencana-rencana yang disiapkan merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk masuk ke level tertinggi dunia usaha.
"Dulu kami memulai JSI hanya bertiga, kini sudah memasuki tahun ke-12 dengan pertumbuhan yang konsisten," katanya dalam keterangan resmi, Senin (30/9/2025).
JSI awalnya beroperasi sebagai operator logistik pelabuhan di Palaran sejak 2013. Kemudian, JSI juga punya entitas yang bergerak sebagai kontraktor tambang, yaitu PT Bersaudara Sinergi Sejahtera (BSS) dengan kontrak-kontrak besar seperti di Kutai Barat bersama Madani Citra Mandiri sebanyak 6 juta ton. BSS juga tengah melakukan due dilligence pengerjaan kontrak tambang emas untuk fase I sebanyak 150.000-200.000 troi ons.
Di sektor pelabuhan, JSI mengempit sebagian saham di PT Embalut Sinergi Mas Persada, PT Neon Sinergi Perkasa dan PT Palaran Sinergi Mas.
Selain itu, JSI juga memperluas cakupan bisnis ke audit emisi melalui PT Nusa Energi Langgeng Persada (NELP) yang telah berjalan dua tahun, membantu industri mematuhi regulasi emisi dengan sistem Continuous Emissions Monitoring System (CEMS) yang terhubung langsung ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dari beberapa entitas bisnisnya, JSI tengah fokus untuk ekspansi di sektor pasir silika melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) sendiri di Lingga, Kepulauan Riau, yang diharapkan segera memasuki fase produksi dalam waktu 2-3 bulan.
Pasir silika ini ditargetkan untuk pasar ekspor seperti China, India, dan Korea Selatan, serta untuk mendukung pembangunan pabrik kaca dan panel surya di Indonesia.
Baca Juga: Tekan Utang, Leyand International (LAPD) Optimistis Kinerja Membaik
Jamal mengatakan, silika bukan hanya untuk dijual mentah, tapi akan diproses sendiri. JSI mengaku sudah memesan mesin dari China dengan target commissioning dalam 9-10 bulan.
“Jika IUP sudah keluar, produksi penuh bisa mulai awal 2027. Ini jadi salah satu pondasi penting kami di industri hijau,” imbuhnya.
Seiring meningkatnya diversifikasi usaha, JSI mencatat lonjakan aset dari di bawah Rp100 miliar pada 2022 menjadi di atas Rp500 miliar pada 2025. Angka itu diakui JSI belum termasuk potensi dari sektor silika dan energi bersih.
Namun, Jamal menekankan bahwa untuk mengeksekusi rencana besar tersebut, perusahaan membutuhkan akses pendanaan yang kuat.
“Kami sudah mencapai titik ini hanya dengan modal terbatas. Bayangkan apa yang bisa dicapai jika kami punya akses ke modal yang lebih besar melalui pasar modal,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, JSI menetapkan tiga pilar utama bisnisnya yakni pertambangan, logistik, dan green energy, termasuk audit emisi dan silika. Jamal menegaskan bahwa strategi perusahaan ke depan akan sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Jamal menyebut, rencana pengambilalihan 2,02 miliar saham LAPD adalah untuk investasi jangka panjang sekaligus mendukung pengembangan dan ekspansi bisnis grup ke depan.
“Batubara mungkin tak lagi seksi, tapi tetap dibutuhkan. Maka kami menyiapkan masa depan dari sekarang melalui green energy, audit emisi, sampai solar panel. Kami ingin membangun legacy perusahaan yang berkelanjutan,” katanya.
Melansir RTI, saham LAPD sudah naik 1.177,78% sejak awal tahun alias year to date (YTD) ke Rp 230 per saham. Dalam sebulan terakhir, saham LAPD naik 94,92%. Sayangnya, saham LAPD saat ini masih berada di papan pemantauan khusus (PPK).
Selanjutnya: IHSG Diprediksi Lanjut Melemah Selasa (30/9), Cermati Saham Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Pendaftaran Rekrutmen KAI Properti Hingga 3 Oktober, Ini Formasi yang Dibuka
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News