Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja aset kripto mulai bergairah sebulan terakhir. Adapun pendorongnya dari lesunya indeks dolar (DXY) yang masih bertahan di bawah level 100.
Berdasarkan Trading Economics, DXY berada di level 99,88 pada Kamis (1/5) pukul 20.16 WIB. Sebulan terakhir, indeks dolar melemah 3,75%.
Di sisi lain, coinmarketcap mencatat kinerja aset kripto meningkat sebulan terakhir. Bitcoin misalnya yang naik 15,35% dalam sebulan ke US$ 96.505. Adapula XRP, Solana, dan Cardano yang masing-masing naik 4,68%, 19,71%, dan 4,47%.
Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa secara historis penurunan DXY di bawah angka 100 seringkali menjadi pemicu reli besar di pasar kripto, terutama Bitcoin. Ia menyebutkan dalam dua kejadian terakhir ketika DXY turun di bawah 100, harga Bitcoin mengalami lonjakan lebih dari 500% dalam beberapa bulan berikutnya.
Baca Juga: Volatilitas Aset Kripto Tinggi, Begini Saran Upbit Indonesia
Contohnya, saat DXY jatuh di bawah 100 pada Juni 2020, harga BTC melonjak dari sekitar US$ 9.450 ke US$ 57.500 dalam waktu sembilan bulan. Begitu pula April 2017, Bitcoin naik dari US$ 1.200 menjadi sekitar US$ 17.600 hanya dalam delapan bulan.
"Pola ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat antara kekuatan dolar dan performa aset kripto—dolar melemah, Bitcoin menguat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/4).
Menurut Fyqieh, ada beberapa alasan utama melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) menguntungkan pasar kripto. Pertama, ketika nilai dolar turun, investor global umumnya mencari alternatif lindung nilai (hedge) untuk melindungi kekayaannya dari potensi inflasi dan depresiasi mata uang.
Baca Juga: OJK Beberkan Penyebab Konsumen Kripto Indonesia Meningkat per Februari 2025
"Bitcoin, bersama emas, sering dipilih karena sifatnya yang terdesentralisasi dan pasokannya yang terbatas," katanya.
Kedua, dolar yang melemah kerap dikaitkan dengan kebijakan moneter yang lebih longgar atau ekspektasi stimulus dari bank sentral, yang pada akhirnya menciptakan likuiditas berlebih di pasar. Likuiditas ini kemudian mengalir ke aset berisiko dan spekulatif seperti kripto.
Nah, saat ini pelemahan DXY juga disertai ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga atau menyuntikkan likuiditas tambahan untuk menghindari resesi. "Dalam konteks ini, daya tarik Bitcoin sebagai aset lindung nilai semakin menguat, terutama karena tidak tunduk pada kontrol kebijakan moneter dan memiliki suplai tetap," imbuhnya.
Baca Juga: Ketidakpastian Global Tinggi, Begini Skenario Bullish dan Bearish Aset Kripto
Selanjutnya: Kembangkan Bisnis, PAUL Lakukan Inovasi Gerai
Menarik Dibaca: Kembangkan Bisnis, PAUL Lakukan Inovasi Gerai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News