Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Membanjirnya minat investor dalam lelang surat utang negara (SUN) dipicu oleh sejumlah sentimen positif di pasar domestik. Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mengatakan surplusnya data perdagangan Indonesia November 2013 lalu menjadi salah satu faktor penopang ramainya lelang SUN, Selasa (7/1) ini.
"Lelang di awal tahun semarak terutama terkait sentimen positif di pasar domestik," kata Fakhrul kepada Kontan, Jakarta, Selasa (7/1). Sekedar informasi, neraca perdagangan Indonesia pada November 2013 mencatat surplus US$ 776,8 juta. Ini melanjutkan surplus Oktober 2013 mencetak nilai US$ 42,4 juta.
Selain itu, kata Fakhrul, laju inflasi Desember yang hanya 0,55% juga menjadi faktor penggerak pasar obligasi. Laju inflasi tersebut tidak mengalami lonjakan tinggi dibandingkan Desember 2012 sebelumnya yang sebesar 0,54%.
Dari faktor global, terdapat kabar baik terkait terpilihnya Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed. "Pasalnya, selama ini Yellen dikenal sebagai pro stimulus," kata Fakhrul. Hasil pemungutan suara di Senat Amerika, Senin (6/1) petang waktu setempat, memastikan Yellen menggantikan Ben Bernanke sebagai Gubernur The Fed. Dia sekaligus menjadi perempuan pertama yang memimpin otoritas bank sentral tersebut.
Sederet sentimen positif tersebut juga mempengaruhi permintaan yield investor yang kompetitif dalam lelang kali ini. Analisis Fakhrul, rentang atau spread antara rata-rata yield yang diminta oleh investor dengan yield wajar IBPA hanya sekitar 3 hingga 5 basis poin.
Fakhrul memprediksi sepanjang semester I pergerakan yield bakal stabil. Kondisi tersebut akan terpenuhi apabila dampak tapering tidak terlalu dalam mengoreksi pasar. Selain itu, ajang lima tahunan pemilihan umum (pemilu) juga bisa berlangsung aman dan lancar. "Namun demikian, volatilitas pasar di semester I masih akan tinggi," kata Fakhrul.
Dalam lelang SUN perdana yang digelar Selasa (7/1), minat investor membanjir. Pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribes hampir 3 kali dengan total permintaan yang masuk mencapai Rp 29,61 triliun dibandingkan target yang dipatok sebesar Rp 10 triliun. Pemerintah kemudian menyerap dana sesuai target yang ditetapkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News