Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Pasar obligasi sepanjang 2013 bergerak lesu. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, rata-rata harga obligasi pemerintah jatuh dan tercatat minus 13,63% sepanjang 2013. Nilai tersebut jauh di bawah 2012 lalu yang masih memberikan keuntungan bagi investor hingga 12,38% dan tahun 2011 lalu yang mencapai 21,74%.
Sepanjang 2013, transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder juga lebih sepi ketimbang 2012. Tahun ini, volume rata-rata transaksi harian obligasi pemerintah hanya mencapai US$683,72 juta dan ditransaksikan sebanyak 431 kali. Sedangkan 2012 lalu, volume obligasi pemerintah mencapai US$843,82 juta dan ditransaksikan 552 kali.
Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik tahun ini menjadi 7,87%. Tahun lalu yield instrumen ini hanya bergerak dikisaran 5,38%.
Lelang surat berharga negara (SBN) yang digelar pemerintah juga lebih sepi peminat. Sepanjang tahun ini hingga 23 November 2013, total permintaan dari investor yang masuk saat lelang hanya mencapai Rp 402,28 triliun atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu Rp 420,59 triliun.
Presiden Direktur IBPA Ignatius Girendroheru mengatakan, sejumlah sentimen negatif mewarnai pasar obligasi sejak awal tahun ini. Kuartal I 2013 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,02% atau terendah sejak kuartal IV 2010. Kondisi ini diperburuk oleh faktor global terkait pengumuman bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang akan mengurangi stimulus di ujung 2013.
"Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta kenaikan BI rate (suku bunga acuan Bank Indonesia) pada pertengahan tahun juga menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi," tutur Ignatius, belum lama ini.
Obligasi korporasi turut melambat. Keuntungan investor yang bisa diperoleh dari kenaikan harga sepanjang 2013 hanya mencapai 1,29%, lebih rendah ketimbang tahun lalu sebesar 11,54% dan tahun 2011 yang mencapai 14,54%.
Pasar surat berharga syariah atau sukuk juga tertekan hingga minus 7,84% tahun ini atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang positif 10,32%. Tahun 2011, sukuk memberi keuntungan 15,59%.
Lelang masih ramai
Investor memanfaatkan kesempatan lelang terakhir yang digelar oleh pemerintah. Total permintaan yang masuk dalam lelang Selasa (3/12) ini mencapai Rp 10,06 triliun. Pemerintah menyerap sesuai target indikatif Rp 4 triliun.
Dalam lelang ini, pemerintah hanya menyerap tiga seri lawas FR dan tidak memenangkan dua seri SPN bertenor pendek. Investor meminta imbal hasil tinggi untuk seri SPN. Imbal hasil terendah yang masuk untuk SPN seri SPN03140304 yang jatuh tempo Maret 2014 sebesar 6,15%.
Sedangkan yield terendah yang masuk untuk seri SPN12141204 yang jatuh tempo Desember 2014 sebesar 7%. "Tingginya minat investor disebabkan karena lelang terakhir tahun ini sehingga investor berusaha mendapatkan instrumen guna penempatan dana," tutur analis NC Securities I Made Adi Saputra.
Made menambahkan, pemerintah hanya menyerap seri FR dan tidak memenangkan seri SPN karena masalah tenor. "Dengan yield yang diminta oleh investor yang cukup kompetitif, pemerintah memilih memenangkan obligasi bertenor panjang," kata Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News