Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara, Selasa (18/10), sepi peminat. Total penawaran yang masuk hanya sekitar Rp 2,03 triliun.
Dalam lelang ini, pemerintah hanya menyerap dana senilai Rp 2,52 triliun. Penyerapan tersebut lebih rendah dibandingkan target indikatif yang ditetapkan semula sebesar Rp 3 triliun.
Seri bertenor pendek SPNS19042017 membukukan penawaran terbesar sebesar Rp 2,16 triliun. Seri ini mencatat yield tertinggi 12% dan terendah yang masuk 5,96%. Pemerintah kemudian menyerap seri bertenor satu tahun ini sebesar Rp 1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6%.
Lalu, seri PBS012 mencatat penawaran Rp 832 miliar dengan yield tertinggi 8,15% dan terendah yang masuk 7,53%. Seri ini diserap Rp 820 miliar dan yield rata-rata tertimbang 7,57%.
Kemudian, seri PBS013 mencatat mencatat penawaran Rp 714 triliun dengan yield tertinggi 7,25% dan yield terendah yang masuk 6,68%. Seri ini diserap Rp 400 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,81%.
Seri PBS014 mencatat penawaran Rp 327 miliar dengan yield tertinggi 7,25% dan terendah 7%. Seri ini kemudian dimenangkan Rp 300 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,11%.
Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus mengatakan, sepinya lelang dipengaruhi oleh isu kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS), Fed fund rate.
Selain itu, investor asing melakukan capital outflow sehingga menekan harga di surat utang domestik. "Karena tekanan ini, otomatis para pelaku
pasar dan investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi, namun permintaan imbal hasil yang lebih tinggi ini justru tidak digubris oleh pemerintah," ujar Nico, Jakarta, Selasa (18/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News