Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Edy Can
JAKARTA. Minat investor terhadap surat utang ternyata tetap tinggi menjelang pemilihan presiden. Buktinya, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) melanjutkan tren kelebihan penawaran (oversubscribed).
Direktor Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) memaparkan, total penawaran pada lelang SBSN, Selasa (3/6), sebesar Rp 4,22 triliun atau hampir tiga kali lipat dari target indikatif pemerintah. Jumlah ini meningkat 38,36% dari total penawaran lelang SBSN sebelumnya yang sebesar Rp 3,05 triliun.
Pada lelang kali ini, pemerintah menawarkan tiga seri SBSN. Seri SPN-S 04122014 dengan tenor 6 bulan mendapat total penawaran tertinggi yakni sebesar Rp 3,36 triliun. Dari total tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp 340 miliar. “Seri ini memang banyak diburu investor perbankan karena tenornya yang cukup pendek,” ujar I Made Adi Saputra, Fixed Income Analyst PT BNI Securities.
Dua seri sisanya merupakan PBS005 (tenor 29 tahun) dan PBS006 (tenor 6 tahun). Masing-masing seri ini mendapat total penawaran sebesar Rp 341 miliar dan Rp 513 miliar. Pemerintah memenangkan PBS005 sebesar Rp 100 miliar dan PBS006 sebesar 450 miliar. Sehingga total yang dimenangkan pemerintah pada lelang ini sebesar Rp 890 miliar.
Made menambahkan total nominal yang dimenangkan pemerintah memang relatif kecil, hanya 59,3% dibanding target indikatif pemerintah yang sebesar Rp 1,5 trliun. “Investor meminta yield (imbal hasil) yang terlalu tinggi. Sehingga pemerintah tidak memaksakan memenangkan lelang,” ungkap Made.
Selain itu, pemerintah menjaga tingkat imbal hasil pada lelang berikutnya. Menurut Made, jika pemerintah memaksakan memenangkan lelang dengan yield tinggi, maka investor juga akan meminta yield yang tinggi pada lelang selanjutnya.
Sebagai contoh, yield terendah pada SPN-S 04122014 sebesar 5,75% dan tertinggi senilai 7%. Sementara yield rata-rata tertimbangnya sebesar 5,75%. Variatifnya yield yang diminta investor, menurut Made merupakan indikasi pasar obligasi domestik masih menarik.
Made memandang pemerintah juga masih punya banyak skema penerbitan surat utang sehingga tidak memaksakan memenangkan lelang dengan yield tinggi. “Misalnya rencana penerbitan Obligasi Negara Ritel atau ORI011 pada semester II tahun 2014. Masih ada juga rencana Euro Bond dan Samurai Bond,” tambah Made.
Ia menambahkan meski ada rencana pemerintah menambah penerbitan utang sebesar Rp 69 triliun, tapi saat ini investor masih tertarik pada SBN maupun SBSN akibat pemilihan presiden (pilpres). Menurutnya investor berpandangan kedua calon presiden dan calon wakil presiden punya rencana memangkas subsidi bahan bakar dan listrik dan mengalihkan ke sektor lain seperti pendidikan dan infrastruktur.
Dengan adanya rencana ini, investor beranggapan subsidi tersebut tidak lagi membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada pemerintahan selanjutnya. “Adanya rencana pengalihan subsidi membuat surat utang kita, baik yang konvensional maupun syariah masih baik diburu pada saat-saat sekarang,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News