Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Laguna Cipta Griya Tbk (LCGP), tahun ini, sibuk kembali menata bisnisnya. Emiten yang menjadikan bisnis properti sebagai lini usaha utama, berniat pindah haluan. LCGP akan menjajal peruntungan baru di sektor minyak dan gas (migas).
Alwi Bagir Mulachela, Direktur Utama LCGP menyatakan, LCGP akan menjual asetnya di bisnis properti. Rencana emiten itu, bisnis properti akan dijual ke pemegang saham lama perseroan.
Meski begitu, perusahaan properti yang berdiri sejak Mei 2004 ini saat ini masih menjalankan proyek perumahan di Cilegon. Cadangan lahan milik LCGP di kawasan itu tersisa 45 hektare (ha).
Di tahun ini, LCGP memperkirakan hanya bisa mengembangkan perumahan di lahan seluas 5 ha. LCGP tidak memasang target pengembangan lahan yang tinggi, karena perseroan masih terkendala masalah izin pembebasan lahan.
Untuk pengembangan lahan properti yang baru, LCGP memperkirakan, kebutuhan investasi mencapai Rp 30 miliar. Perseroan akan memenuhi sekitar 50% dari kebutuhan dana investasi tersebut dengan kombinasi pinjaman bank dan kas internal.
Manajemen LCGP mengakui, sejatinya prospek bisnis properti masih bagus. Apalagi di dekat kawasan perumahan yang LCGP kembangkan saat ini sedang ada pembangunan pabrik baru.
Asal tahu saja, pembangunan pabrik baja tahap pertama, yang merupakan kerjasama antara Pohang Iron and Steel Company (Posco) dengan
PT Krakatau Steel (KS) ditargetkan rampung pada akhir tahun 2013. "Adanya pabrik baja tersebut membuat permintaan perumahan mengalami kenaikan," ujar dia.
Dari bisnis properti, manajemen LCGP memprediksi, perolehan laba bersih berkisar Rp 4,4 miliar-Rp 4,6 miliar di tahun ini. Prediksi itu lebih tinggi daripada proyeksi tahun 2011, yaitu Rp 4 miliar.
Akan rights issue
Manajemen LCGP menuturkan, alasan mengeluarkan bisnis properti dari dari portofolionya adalah ingin fokus mengembangkan bisnis migas. Menurut hitung-hitungan pengelola LCGP, bisnis sektor migas jauh lebih menguntungkan bagi pemegang saham. "Karena pendapatan bisa naik empat kali lipat dari pendapatan tahun ini,” kata Alwi.
Dengan hitungan yang konservatif, LCGP bisa mencetak pendapatan sekitar US$ 1 juta per bulan dari bisnis migas. Setahun, perseroan berpotensi bisa meraih pendapatan sekitar US$ 12 juta. Jika menggunakan nilai tukar US$ 1 setara Rp 9.000, berarti potensi pendapatan LCGP setahun mencapai Rp 108 miliar.
Tentu, jumlah pendapatan dari bisnis migas tersebut jauh lebih menggiurkan ketimbang pendapatan dari bisnis properti yang masih dijalani oleh LCGP di saat ini. Tapi sayang, manajemen LCGP menolak menyebutkan jumlah laba bersih yang dibidik dari bisnis migas tersebut.
LCGP masuk ke bisnis migas bersama Saga Group, perusahaan migas asal Amerika. Saga memiliki anak usaha di Sumatra Utara yang memproduksi minyak sebanyak 1.000 barel per hari.
PT Langsa, anak usaha Saga Group itu, akan berada di bawah bendera LCGP dengan susunan pemegang saham yang baru. Saga masuk ke LCGP melalui skema penawaran saham baru atau rights issue yang akan digelar April 2012. "Mereka akan menjadi pembeli siaga atau standby buyer," kata Alwi.
Nantinya, Saga Group akan menjadi pemegang saham pengendali baru di LCGP, dengan porsi kepemilikan sebesar 60%. Setelah Saga menjadi pengendali, akan ada perubahan susunan direksi baru di LCGP.
LCGP berharap pendapatan akan mengalir dari kegiatan produksi PT Langsa, anak usaha Saga Group yang beroperasi di Sumatra Utara. Langsa saat ini memproduksi minyak dengan kapasitas 1.000 barel per hari.
Agenda selanjutnya, LCGP berencana mengerek produksi dan akuisisi ladang baru senilai US$ 45 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News