Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Lebih lanjut, kebijakan ini akan banyak berpengaruh kepada Vale Indonesia. Sebab menurut Dessy, kadar nikel yang diproduksi oleh INCO juga berbeda dibandingkan dengan emiten lain.
Selain itu, divestasi 20% saham INCO kepada pemerintah yang sekarang sedang dalam tahap valuasi juga berpotensi berdampak positif terhadap harga saham INCO.
Dessy bilang, pada awalnya Samuel Sekuritas Indonesia melihat adanya potensi kehilangan pendapatan yang akan dialami ANTM dari segmen nikel ore sekitar Rp 2,5 triliun pada kuartal III 2019. Namun, sehubungan dengan smelter yang sudah siap dan pertumbuhan pendapatan dari feronikel, dia melihat hal tersebut tidak akan berdampak negatif secara jangka panjang terhadap kinerja ANTM.
Untuk diketahui, sampai dengan Juni 2019 realisasi konstruksi pabrik feronikel Halmahera Timur milik ANTM telah mencapai 97%. Ditargetkan konstruksi pabrik feronikel Halmahera Timur akan memasuki fase commisioning pada 2020.
Dessy merekomendasikan saham ANTM dengan target harga 1.250 per saham. Hari ini, harga saham ANTM ditutup turun 1,75% ke Rp 840 per saham.
Baca Juga: Larangan ekspor bijih nikel dipercepat, begini tanggapan produsen nikel
Perihal TINS yang mencatatkan kerugian pada kuartal III 2019, Dessy mengatakan hal ini akibat naiknya beban operasional TINS. Di sisi lain, ikhtiar pengurangan ekspor timah setiap bulan yang dilakukan oleh TINS diperkirakan malah akan berdampak negatif bagi kinerja TINS. Sebab, Dessy menilai kenaikan harga timah global tidak akan sekuat yang diharapkan.
Asal tahu, saat ini TINS sedang mengurangi ekspor timah sebanyak 2.000 ton – 2.500 ton per bulan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menaikkan harga timah dunia yang diklaim kurang menguntungkan bagi produsen timah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News