Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Meski demikian, kenaikan indeks belum sepenuhnya menggambarkan fundamental seluruh emiten. Saham-saham berkapitalisasi kecil yang melesat terlalu tinggi turut mengerek indeks meski valuasinya sudah mahal.
Di sisi lain, saham properti besar dinilai bergerak lebih sehat karena ditopang prospek penjualan dan kondisi keuangan yang kuat.
David memproyeksikan, sektor properti masih memiliki prospek cerah pada 2026, meski reli tidak akan sekencang tahun ini.
Potensi lanjutan pemangkasan suku bunga serta insentif pemerintah diyakini menjadi pendorong. Walau begitu, risiko masih membayangi, terutama pemulihan daya beli yang belum sepenuhnya kuat.
Baca Juga: Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
“Emiten yang memiliki proyek berjalan dan penjualan stabil berpotensi menjadi penopang indeks pada 2026. Namun saham spekulatif rawan terkoreksi jika kinerjanya tidak mampu mengejar kenaikan harga,” jelasnya.
Ia pun menyarankan strategi akumulasi bertahap, terutama saat harga mengalami koreksi.
Sementara itu, Sukarno merekomendasikan saham BSDE, PWON, CTRA, dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 1.100–Rp 1.150, Rp 400–Rp 420, Rp 1.000–Rp 1.100, dan Rp 450–Rp 480 per saham.
Ia menilai sektor properti masih berpeluang tumbuh tahun depan, seiring suku bunga rendah yang berlanjut, potensi insentif pemerintah, serta pemulihan pendapatan prapenjualan atau marketing sales.
Selanjutnya: Manfaatkan Tanaman Seledri untuk Mengobati Asam Urat Tinggi
Menarik Dibaca: Manfaatkan Tanaman Seledri untuk Mengobati Asam Urat Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













