Reporter: Asep Munazat |
JAKARTA. Di tengah terpuruknya harga komoditas di pasar dunia sepanjang pekan ini, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) justru berlari kencang. Harga kontrak pengiriman CPO untuk April 2011 di Bursa Berjangka Malaysia, Jumat (21/1) pukul 17.00 WIB, mencapai
US$ 1.224,436 per ton.
Selama sepekan ini, harga CPO cenderung menguat. Di awal pekan, kontrak CPO untuk periode yang sama hanya dihargai US$ 1.190,912 per ton. Berarti, sepanjang pekan ini, harga CPO telah menguat sebesar 2,8%.
Di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), kontrak CPO untuk pengiriman April 2011 juga merambat naik. Harga kontrak yang masih Rp 10.665 per kilogram (kg) di awal pekan naik jadi Rp 11.030 per kg kemarin.
Cuaca buruk masih menjadi penyebab penguatan harga CPO kali ini. Curah hujan yang tinggi menghambat kegiatan produksi di negara produsen CPO seperti Indonesia dan Malaysia.
Padahal, di saat yang sama, permintaan terhadap CPO meningkat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. "Biasanya, kebutuhan CPO sangat besar" ujar Ibrahim General Manajer Askap Futures.
Peningkatan permintaan CPO menjelang Imlek terlihat dari volume ekspor CPO Malaysia yang meningkat hingga 9,7% selama 20 hari pertama Januari 2011 dibanding periode serupa Desember 2010.
Harga CPO juga terangkat karena harga kacang kedelai, yang merupakan barang subtitusi atau pengganti CPO, terangkat naik. Mengutip Bloomberg, produksi kedelai dan jagung di Argentina terkendala pasokan air sejak November 2011. "Hujan di Januari 2011 memang membantu, tetapi belum memulihkan persediaan," ujar Vijay Mehta, Direktur Komoditi Link Pte, Singapura. Kni, banjir malah melanda Argentina. Akibatnya, pasokan kedelai masih rawan.
Ibrahim yakin, harga CPO masih dalam tren menguat hingga pekan depan "Pelemahan di bursa saham global memang berpengaruh terhadap perkembangan harga komoditas. Namun, harga CPO tidak terimbas," kata dia.
Tipisnya ketersediaan barang pengganti menjaga harga CPO tetap tinggi. Ibrahim memprediksi, harga CPO akan berada di kisaran US$1.222 hingga US$ 1.227 per ton Senin depan (24/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News