Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pasar surat utang dalam negeri disinyalir masih berpeluang menguat kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan keempat tahun 2016.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia per kuartal IV 2016 sebesar 4,94% secara tahunan atau year on yerar (YoY), lebih rendah ketimbang pencapaian kuartal III 2016 yang tercatat 5,02% (YoY). Namun, PDB Indonesia sepanjang tahun 2016 tercatat 5,02%, melampaui realisasi tahun 2015 yang tumbuh 4,79%.
Nicodimus Anggi Kristiantoro, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) berpendapat, rilis data anyar tersebut mengindikasikan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2016 ketimbang triwulan sebelumnya. Penurunan berasal dari mengecilnya konsumsi pemerintah.
Namun, secara keseluruhan, PDB Tanah Air sepanjang tahun 2016 membaik ketimbang tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut juga sesuai konsensus pasar.
"Diperkirakan dapat menjadi katalis positif bagi pasar obligasi karena pencapaian PDB Indonesia kali ini lebih baik sejak dua tahun terakhir," jelasnya.
Sebab, ini akan menambah persepsi positif pelaku pasar terhadap stabilitas makroekonomi dan ketahanan fundamental perekonomian Indonesia.
Buktinya, performa pasar obligasi domestik (Indonesia Composite Bond Index) per Senin (6/2) melaju 0,11% dibandingkan akhir pekan lalu menjadi 212,53.
Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo menduga, perlambatan ekonomi triwulan keempat tahun lalu diakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap The Greenback. Pemicunya, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke - 45 Amerika Serikat (AS) serta spekulasi kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve.
Kendati demikian, ia menilai, tekanan terhadap pasar obligasi tersebut hanya bersifat sementara. "Karena full year ekonomi dalam negeri mampu tembus angka 5%. Lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya," tukasnya.
Makanya Beben optimistis pasar surat utang dalam negeri bakal menguat di kuartal I 2017. Katalis positif bersumber dari kebijakan regulator yang mewajibkan minimal investasi para industri keuangan non bank di surat berharga negara (SBN).
Ketentuan tersebut juga direlaksasi dengan penempatan pada sebagian investasi pada obligasi besutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta anak perusahaan BUMN yang ditujukan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
Terlebih pemerintah juga berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas ekonomi. "Diprediksi kondisi ekonomi tahun ini dengan tahun lalu secara pertumbuhan tidak akan jauh berbeda yaitu angka 5%. Ini merupakan target ideal bagi pemerintah," paparnya.
Kendati demikian, ada beberapa tantangan yang patut dicermati. Dari internal, pemerintah patut mengendalikan nilai tukar rupiah dan laju inflasi.
Sehingga Bank Indonesia (BI) dapat mempertahankan suku bunga acuan dalam negeri. Saat ini, Bi 7 - Day repo rate di level 4,75%. Spekulasi kenaikan suku bunga acuan dalam negeri juga dapat ditekan.
Dari eksternal, kebijakan AS dan The Fed masih akan menjadi sentimen yang menekan pasar obligasi Indonesia. The Fed berencana mengerek suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini. Apalagi perekonomian global belum menentu, semisal yang dialami Eropa dan China.
Nicodimus sepakat, pasar obligasi Tanah Air masih akan menghijau pada triwulan pertama 2017. Ada beberapa katalis positif yang mampu menyokong.
Pertama, indikator ekonomi domestik yang diprediksi masih terkendali. Kedua, aliran dana investor asing ke pasar SBN. Ketiga, strategi front loading pemerintah yang membuat likuiditas pasar obligasi terus bertambah.
Namun, Nicodimus mengingatkan investor untuk mewaspadai tekanan eksternal. Khususnya terkait dampak kebijakan proteksionisme dan rencana realisasi kebijakan stimulus Trump. "Yang sampai sekarang belum ada kelanjutan," imbuhnya.
Maklum, jika Trump mewujudkan seluruh rencananya, inflasi negeri paman sam berpotensi membesar. Alhasil, peluang kenaikan suku bunga The Fed akan semakin menguat.
Selain itu, pasar juga patut mewaspadai efek keluarnya Inggris dari Uni Eropa secara permanen pada akhir Maret 2017.
Beben memproyeksikan, yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun berpotensi mencapai 7,4% pada kuartal I 2017. Pada Senin (6/2), yield FR0059 tercatat 7,53%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News