Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tren Kenaikan harga batubara masih belum juga berakhir. Meski sempat tergelincir di akhir pekan, kini harga menanjak lagi. Menduga pergerakan ke depannya analis masih belum optimis tren bullish akan terjaga.
Mengutip Bloomberg, Senin (1/8) harga batubara kontrak pengiriman September 2016 naik 0,58% di level US$ 68,20 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Bahkan dalam sepekan terakhir harga batubara sudah berhasil melesat 4,84%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures mengatakan memang terjadi peningkatan transaksi perdagangan batubara. Hal ini ditunjukkan pada volume kontrak transaksi di CME Group Exchange sepanjang Juni 2016 naik 147,7% menjadi 3.926 kontrak dibanding bulan sebelumnya.
Tidak hanya dukungan dari laporan terbaru Energy Information Administration yang mengatakan ekspor batubara Australia bisa naik 37% hingga tahun 2040 nanti pun ditangkap sebagai sinyal kembali menggeliatnya pasar batubara.
"Setelah di akhir tahun lalu pasar batubara seolah kehilangan tenaga, sekarang produsen kembali memiliki harapan dengan naiknya harga beberapa waktu terakhir," jelas Wahyu.
Salah satu tujuan dari ekspor batubara Australia nantinya adalah Asia Tenggara. Karena EIA menduga pembangkit listrik berbahan batubara di kawasan Asia Tenggara akan naik dari sekitar 30% menjadi total 50% dalam periode waktu hingga 2040 nanti.
Tentunya dibutuhkan pasokan yang besar untuk mengimbangi tingginya permintaan dari pembangkit-pembangkit tersebut. "Jadi memang saat ini harga batubara sedang recovery," ujar Wahyu.
Namun ke depannya hal tersebut bisa memicu kembali aktifnya produsen menggenjot produksi. Bisa berujung pada kembali tersungkurnya harga batubara akibat pasokan yang melonjak.
Walau untuk Rabu (3/8) Wahyu menebak harga batubara masih punya kans pertahankan kenaikannya. Salah satunya berkat dukungan dari data penjualan batubara India Juli 2016 yang naik.
Pengiriman batubara India Juli 2016 bertambah dari 40,88 miliar ton pada Juli 2015 lalu menjadi 41,47 miliar ton. Sehingga untuk periode April - Juli 2016 terjadi pertumbuhan pengiriman sebesar 2,6% menjadi 174,66 juta ton.
"Jangka pendek tren menguat akan terjaga dan mengejar level US$ 70 per metrik ton," tebak Wahyu. Hal ini bisa semakin terdukung jika belum ada perubahan data ataupun prospek ekonomi AS ke depannya. Hanya memang perlu mewaspadai koreksi teknikal akibat kenaikan yang terlampau tajam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News