Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas saham dalam Indeks High Dividend 20 (IDX HIDIV20) sudah mengumumkan pembagian dividen. IDX HIDIV20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.
Imbal hasil atau yield paling tinggi dicatatkan oleh dividen final PTBA yang mencapai 14,87%. Asal tahu saja, PTBA membagikan dividen final Rp 688,51 per saham. Adapun pada saat cum date, setiap saham PTBA berada di harga Rp 4.630 per saham.
Selain itu, ada juga MPMX dan ITMG yang mencatatkan yield yang cukup tinggi. MPMX yang membagikan dividen final Rp 180 per saham itu mencetak yield 13,38%. Adapun saat cum date harga saham MPMX berada di Rp 1.345 per saham.
Baca Juga: RUPST Delta Djakarta (DLTA) Putuskan Bagi Dividen, Ini Besarannya
Sementara itu, ITMG membagikan dividen final Rp 3.040 per saham. Dengan harga tiap saham di Rp 28.825 per saham saat cum date, ITMG menawarkan imbal hasil hingga 10,55%. ITMG juga sempat membagikan dividen interim sebesar Rp 1.218 per saham. Mempertimbangkan harga ITMG saat cum date dividen interim di Rp 22.275 per saham, maka dividend yield-nya sebesar 5,47%.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto mencermati, saham-saham dalam indeks tersebut memang relatif menarik dijadikan investasi jangka panjang karena keunggulan dari sisi pembagian dividennya.
"Para investor mungkin bisa lebih tenang meskipun harga saham sedang mengalami penurunan karena masih mendapatkan keuntungan dari dividen," kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Kamis (16/6).
Baca Juga: Tebar Dividen dan Bakal Buyback, Simak Rekomendasi Saham Cikarang Listrindo (POWR)
Dia menambahkan, kemampuan emiten-emiten itu dalam membagikan dividen menunjukkan bahwa perusahaan memiliki profitabilitas yang kuat dan dalam kondisi keuangan yang sehat. Kendati selama ini menawarkan imbal hasil yang menarik, Pandhu menekankan agar investor tetap mempertikan prospek pertumbuhan emiten di masa mendatang.
"Jangan sampai dividend yield yang besar ternyata berasal dari hasil penjualan anak usaha yang produktif, sehingga sulit untuk terulang di masa mendatang, selain itu kinerja juga kan merosot akibat pelepasan anak usaha tersebut," imbuh dia.
Hal lainnya yang patut dicermati adalah faktor likuditas saham. Saham yang tidak likuid akan lebih berisiko apabila terjadi gejolak di pasar. Koreksi akan cenderung sulit tertahan.
Baca Juga: Hasil RUPS Kino Indonesia (KINO): Bagi Dividen Hingga Setujui Penambahan Bidang Usaha
Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengatakan, mayoritas dividen yang ditebar oleh saham-saham IDXHIDIV20 itu atraktif.
"Saat ini dengan deposito BI-7 Day Reverse Repo Rate 3,5%, maka net-nya adalah 2,8%. Kisaran itu sudah menarik," ujar Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (16/6). Selain imbal hasil, konsistensi dalam membagikan dividen juga menambah daya tarik suatu saham.
Untuk tahun depan, potensi pembagian dividen akan dipengaruhi oleh kondisi makro dan kebijakan manajemen masing-masing emiten. Yang jelas Wawan mengingatkan, pembagian dividen yang besar juga bisa diartikan perusahaan tidak fokus pada ekspansinya.
Senada Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya, mengatakan, yield dividen di atas return deposito sebenarnya sudah dapat dikatakan menarik. Dia melihat, investor cenderung menyukai saham yang konsisten mengalami kenaikan harga walaupun dari sisi dividennya cenderung standar.
Baca Juga: Wall Street Terjun, Nasdaq Tumbang Setelah Suku Bunga Naik
Dividen tahun depan masih atraktif
Pandu melihat potensi kenaikan dividen di tahun depan. Apalagi, sejauh ini, rata-rata emiten membukukan pertumbuhan kinerja di kuartal pertama 2022. Dengan adanya kenaikan laba, maka peluang kenaikan dividen juga semakin besar.
Adapun kenaikan laba signifikan berpotensi terjadi pada emiten-emiten komoditas seperti ITMG, PTBA, ADRO, ANTM, UNTR, dan HEXA.
"Tentu bisa diproyeksikan bahwa dividen tahun depan akan meningkat seiring melonjaknya laba tahun ini. Apalagi jika harga komoditas masih bertahan pada level yang tinggi seperti kuartal pertama lalu," jelas Pandhu.
Sektor perbankan juga diproyeksi membukukan laba yang tinggi seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI. Kinerja emiten lain yang patut dicermati ada INDF dan KLBF. UNVR yang menunjukkan perbaikan kinerja di kuartal I tahun ini juga bisa diamati.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Perdagangan Terakhir Pekan Ini
Apabila dilihat dari pergerakan sahamnya, sektor perbankan bisa menjadi pilihan yang karena posisinya berada di sekitar support pascakoreksi beberapa waktu lalu. Harga sahamnya pun berpeluang meningkat ditopang kinerja yang positif di tahun ini dan sentimen bangkitnya ekonomi.
Untuk saham-saham komoditas sebenarnya cukup menarik apabila harga batubara dapat bertahan di level tinggi seperti saat ini. Akan tetapi untuk jangka panjang, hal itu tidak dapat dipastikan karena harga akan kembali normal begitu rantai pasokan kembali pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News