kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

Laba Summarecon Agung (SMRA) Naik 79,29% di Tahun 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 18 Maret 2025 / 21:15 WIB
Laba Summarecon Agung (SMRA) Naik 79,29% di Tahun 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham Summarecon Agung (SMRA) yang cetak kinerja moncer di tahun 2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan kinerja positif di tahun 2024. Di mana, laba bersih SMRA capai Rp 1,37 triliun di tahun 2024 atau melonjak 79,29% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 765,96 miliar di tahun 2023.

Kenaikan laba bersih Summarecon diawali dengan peningkatan pendapatan neto 59,53% YoY menjadi Rp 10,62 triliun di tahun 2024. Sebelumnya, pendapatan SMRA sebesar Rp 6,65 triliun di tahun 2023.

Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan dan beban langsung juga naik ke Rp 5,16 triliun tahun lalu, dari Rp 3,29 triliun di tahun 2023.

Alhasil, laba kotor SMRA menjadi Rp 5,46 triliun di akhir 2024, masih naik 62,54% YoY dari Rp 3,29 triliun.

Hingga hari ini, KONTAN belum bisa mendapatkan pernyataan resmi dari perseroan terkait pertumbuhan kinerja di tahun 2024. Rilis informasi terkait dijanjikan akan disampaikan dalam waktu dekat.

Berdasarkan catatan KONTAN, SMRA juga menyiapkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun di tahun 2025.

Baca Juga: Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Naik 79,29% ke Rp 1,37 Triliun di Tahun 2024  

Direktur Summarecon Agung  Lydia Tjio mengatakan, sebesar Rp 1 triliun akan digunakan untuk kebutuhan property development, yakni mengakuisisi tanah di kawasan-kawasan yang sudah dimiliki oleh perseroan.

Kemudian, Rp 1 triliun sisanya untuk investment property. “Rencananya akan digunakan untuk pembangunan dan pengembangan Summarecon Mall Bekasi tahap 2, Summarecon Mall Makassar, dan Hotel Harris Serpong,” ujarnya kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh mengatakan, peningkatan kinerja SMRA ditopang oleh dua hal utama, yaitu kenaikan pendapatan dari penjualan rumah dan penurunan beban umum dan administrasi.

Menurut perseroan, sejumlah proyek di Summarecon Serpong ikut berkontribusi ke pertumbuhan pendapatan tahun lalu, seperti Leonora Serpong yang rilis pada kuartal I 2022 dan Strozzi yang rilis pada kuartal II 2023.

Selain itu, ada pendapatan di tahun 2025 yang akan diakui dalam setahun di tahun 2025 sekitar Rp 4,56 triliun dan dalam 1 tahun-2 tahun sekitar Rp 1,47 triliun, dengan total Rp 6,03 triliun.

Sementara, itu, target marketing sales alias pendapatan prapenjualan ditetapkan sebesar Rp 5 triliun di tahun 2025, naik 15% secara tahunan alias year on year (yoy).

Oleh karena itu, Ismail merekomendasikan beli untuk SMRA dengan target harga Rp 800 per saham. 

Alasannya, strategi pemasaran SMRA selaras dengan tren preferensi pasar properti Indonesia saat ini. Ini baik dalam hal harga properti Summarecon yang ada di kisaran Rp1 miliar – Rp 5 miliar, maupun bauran produk perseroan yang sebesar 79% adalah hunian tapak.

“Kriteria itu memenuhi permintaan pengguna akhir tingkat pemula di Jabodetabek,” ujarnya dalam riset tanggal 17 Maret 2025.

Baca Juga: Anak Usaha Summarecon Agung (SMRA) Transaksi Afiliasi Perjanjian Pinjaman Rp 3 Miliar

Sentimen negatif untuk SMRA di tahun 2025 adalah melemahnya permintaan secara keseluruhan di Jabodetabek yang dapat memperlambat penjualan pemasaran. 

“Sebab, tingginya konsentrasi proyek SMRA di area tersebut, yaitu sekitar 82% terhadap prapenjualan,” katanya.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, sebagian besar pendapatan SMRA berasal dari bisnis pengembangan properti. Kemudian. disusul pendapatan dari bisnis properti investasi, rekreasi dan perhotelan, dan lain-lain.

Pengembangan properti menjadi kontributor utama dengan raihan Rp 7,5 triliun, naik 85,64% dari Rp 4,04 triliun di 2023. Sementara itu, pendapatan dari properti investasi meningkat 24,28% menjadi Rp 2,15 triliun pada 2024. 

“Peningkatan pendapatan perumahan menjadi Rp 1,78 triliun atau meningkat 125% QoQ dan 220% YoY akibat percepatan serah terima produk bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN),” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/3).

Dengan masih adanya pendapatan yang akan diakui hingga dua tahun ke depan, SMRA berpotensi mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2025.

Liza melihat, saham SMRA berpotensi rebound dalam 1 hari - 2 hari ke depan, dengan syarat sahamnya tidak tembus ke bawah level support di Rp 384 per saham.

Sehingga, investor disarankan average up jika harga saham SMRA rebound ke atas Rp 392 per saham dan tembus ke atas Rp 400 per saham. Liza pun menyisipkan target harga terdekat untuk SMRA di level Rp 428 per saham dan target yang lebih tinggi di Rp 450 per saham.

 

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menambahkan, kinerja fundamental SMRA masih sangat baik. Hal itu tampak dari pertumbuhan penjualan aset unggulan mereka, yaitu aset hunian, di tahun 2024.

Sehingga, SMRA berpotensi meneruskan tren positif kinerjanya di tahun 2025. Hal itu bisa ditambah apabila suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa diturunkan, sehingga akan mendorong permintaan kredit kepemilikan rumah.

Selain itu, aset hunian milik SMRA juga menyasar golongan masyarakat menengah ke atas. “Saat ini ekonomi Indonesia juga tengah ditopang golongan menengah ke atas, jadi ini bisa jadi sentimen positif untuk SMRA,” paparnya.

Meskipun begitu, Nafan masih belum memberikan rekomendasi untuk saham SMRA. Hal ini lebih akibat kondisi pasar saham secara keseluruhan yang masih fluktuatif.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham SMRA ada di level support Rp 366 per saham dan resistance Rp 412 per saham. Herditya pun merekomendasikan speculative buy untuk SMRA dengan target harga Rp 420 - Rp 436 per saham.

Selanjutnya: ANZ Proyeksi Harga Emas Bisa Mencapai US$ 3.200

Menarik Dibaca: Official Trailer dan Poster Penjagal Iblis: Dosa Turunan Dirilis, Tayang 30 April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×