kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih emiten BUMN dan anak usahanya tembus Rp 81 triliun per September 2021


Kamis, 02 Desember 2021 / 21:35 WIB
Laba bersih emiten BUMN dan anak usahanya tembus Rp 81 triliun per September 2021
ILUSTRASI. Laba bersih emiten BUMN, anak usaha BUMN, dan BUMD selama sembilan bulan pertama 2021 sudah tembus Rp 81 triliun.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih emiten-emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anak usaha BUMN, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) selama sembilan bulan pertama 2021 sudah tembus Rp 81 triliun. Angka ini didapat dari 27 emiten dalam kategori tersebut yang sudah menyampaikan laporan keuangan periode Januari-September 2021 per Kamis (2/12) pagi di situs web Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebanyak 27 emiten ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perbankan, konstruksi, pertambangan, transportasi, energi, farmasi, semen, telekomunikasi, pariwisata, barang konsumsi, hingga industri baja. Ada 24 emiten yang menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya, sementara tiga emiten sisanya menggunakan dollar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan perhitungan Kontan.co.id dari data tersebut, akumulasi laba bersih 24 perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah mencapai Rp 81,07 triliun. Perolehan ini bertambah Rp 25,66 triliun atau meningkat 46,31% year on year (yoy) dari realisasi laba bersih periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 55,41 triliun.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) optimistis raih pertumbuhan kontrak 20%-25% di 2022

Sementara itu, akumulasi bottom line tiga emiten yang menggunakan mata uang dollar AS dalam laporannya, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) justru merugi US$ 1,32 miliar. Jumlah ini naik 25,5% yoy dari akumulasi rugi bersih per September 2020 yang sebesar US$ 1,05 miliar. 

GIAA menjadi perusahaan yang menyumbang akumulasi kerugian ini, sebab rugi bersihnya pada periode tersebut meningkat hingga 54,66% yoy menjadi US$ 1,66 miliar. Sementara itu, laba bersih PGAS melesat 437,41% yoy menjadi US$ 286,21 juta dan KRAS berhasil membalikkan rugi US$ 27,4 juta menjadi untung US$ 59,72 juta.

Baca Juga: Sampai Oktober 2021, PTPP bukukan perolehan kontrak baru Rp 15,4 triliun

Kenaikan laba bersih tertinggi

Secara umum, sebagian besar emiten tersebut (16 dari 27 perusahaan) mencatatkan kenaikan laba bersih. Kontan.co.id mencatat, keuntungan enam emiten melesat hingga ratusan persen, lalu peningkatan laba bersih enam emiten lainnya berkisar antara 30%-80% yoy, serta empat sisanya membukukan kenaikan laba bersih kurang dari 20% yoy. 

Dari enam emiten yang laba bersihnya terkerek ratusan persen, peringkat pertama ditempati oleh PGAS dengan peningkatan laba bersih 437,41% yoy menjadi US$ 286,21 juta dari US$ 53,26 juta. Disusul oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang laba bersihnya terbang hingga 375,52% yoy menjadi Rp 749,42 miliar dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang meningkat 207,44% yoy menjadi Rp 129,42 miliar.

Kemudian, dari segi nilainya, ada tiga emiten yang menghasilkan keuntungan di atas Rp 10 triliun. Secara berurutan, ketiga perusahaan tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan laba bersih Rp 19,26 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 19,23 triliun, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan laba bersih Rp 18,87 triliun. 

Di luar 16 emiten yang mencatatkan kenaikan laba, perbaikan kinerja bottom line juga terjadi di enam emiten lainnya karena berhasil membalikkan rugi bersih jadi laba bersih. Sebut saja PT Indofarma Tbk (INAF), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), PT Timah Tbk (TINS), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan KRAS.

Di sisi lain, dua emiten justru mencatatkan penurunan laba bersih, yakni PT Elnusa Tbk (ELSA) sebesar 79,925% yoy menjadi Rp 37,36 miliar dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) minus 9,99% yoy menjadi Rp 1,39 triliun. Sementara sisa tiga perusahaan masih membukukan kerugian, sebut saja GIAA, PT BPD Banten Tbk (BEKS), dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).

Baca Juga: Pemerintah bakal lanjutkan program PEN 2022, ini sejumlah saran ekonom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×