Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih akan berat untuk bertahan di atas level 8.000 hingga akhir tahun 2025. Namun, harapan tetap masih terbuka lebar.
IHSG ditutup menguat 15,91 poin atau 0,20% ke 7.952,08 pada akhir perdagangan Kamis (28/8/2025).
Namun, IHSG sempat tembus ke 8.003,1 di akhir perdagangan sesi pertama hari ini pukul 12.00 WIB, walaupun tak bertahan lama.
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia juga melihat, pergerakan IHSG yang kembali menembus level psikologis 8.000 dan bahkan sempat mencetak all-time high baru di 8.019,53 itu ditopang oleh faktor makro dan aliran dana asing.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.952 Hari Ini (28/8), Net Buy Asing Terbesar di Saham BBCA
Yaitu, sentimen penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) ke 5%, serta ekspektasi pelonggaran global memberi ruang likuiditas yang cukup besar ke pasar saham.
Di saat yang sama, efek dari rebalancing MSCI kemarin juga masih terasa. “Sehingga, mendorong masuknya aliran dana asing yang dalam sepekan terakhir mencapai Rp4 triliun, dan dalam sebulan menembus Rp10,5 triliun,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (28/8).
Meski ada dinamika domestik, seperti aksi unjuk rasa buruh yang memberi kesan kurang kondusif, pelaku pasar tampaknya menilai faktor tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap arah pasar hari ini.
“Investor asing lebih berfokus pada stabilitas makro, prospek earnings kuartal III, dan momentum global,” katanya.
Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus, ketidakmampuan IHSG untuk bertahan di atas level 8.000 disebabkan belum ada aliran masuk dana asing secara signifikan.
“Sebab, Amerika Serikat (AS) belum memutuskan untuk memangkas suku bunga,” ungkapnya.
Namun, hal itu bukan berarti tanpa harapan. Executive Director JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan, ada kesempatan untuk pemulihan sentimen terhadap pasar Indonesia di semester II 2025 dikarenakan beberapa hal.
Pertama, tren penurunan suku bunga global dan juga di Indonesia. Henry memprediksi, akan ada tiga kali lagi penurunan suku bunga BI sebesar masing-masing 25 bps di tahun ini.
“Ini akan membawa suku bunga acuan dari sekarang 5% ke 4,25% di akhir tahun 2025,” katanya kepada Kontan, Kamis.
Kedua, mata uang dolar AS yang stabil. Sehingga, menghasilkan tren penguatan rupiah dari sekitar Rp 16.900 per dolar AS di bulan Maret menjadi sekarang di kisaran level Rp 16.300 per dolar AS.
”Pergerakan mata uang yang lebih stabil akan memberikan dampak positif terhadap mayoritas kinerja keuangan perusahaan di Indonesia,” ungkapnya.
Ketiga, sentimen yang membaik mengenai Danantara dari sudut pandang investor asing.
“Danantara bisa menjadi katalis positif dalam jangka panjang untuk Indonesia, dari segi pertumbuhan ekonomi dan investasi,” paparnya.
Proyeksi Akhir 2025
Liza menegaskan, sebagian penguatan indeks hari ini didorong oleh saham-saham berkapitalisasi besar yang valuasinya sudah relatif tinggi.
“Euforia di level 8.000 hari ini lebih mencerminkan aksi window dressing sentimen positif dan kepercayaan yang sementara berhasil terjaga, dibandingkan sebuah tren baru yang sepenuhnya solid,” katanya.
Ke depan, hal yang paling penting ke kinerja IHSG adalah menjaga aliran dana asing agar tidak kembali keluar. Ini mengingat sejak awal tahun 2025, investor asing masih mencatat net sell hampir Rp50 triliun di all market YTD.
“Artinya, level 8.000 ini perlu dijaga bukan hanya sebagai pencapaian psikologis, tetapi juga sebagai sinyal bahwa Indonesia tetap kredibel sebagai destinasi investasi jangka menengah panjang,” ungkapnya.
Liza pun memproyeksikan IHSG secara moderat akan ada di level 7.800 pada akhir tahun 2025. Sementara, skenario terbaiknya IHSG bisa sentuh 8.000 di akhir tahun.
Daniel melihat, IHSG bisa ada di kisaran level 7.800-8.200 pada akhir tahun 2025.
Hingga akhir tahun, sektor yang menarik untuk dicermati sektor energi baru terbarukan (EBT), seperti TOBA, PGEO dan BREN.
“Ini mengingat dalam jangka pendek ada katalis positif dari terbitnya Patriot Bonds Danantara,” tuturnya.
Daniel pun merekomendasikan beli untuk TOBA, BREN, dan PGEO dengan target harga masing-masing Rp 1.600 per saham, Rp 11.000 per saham, dan Rp 1.800 per saham.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,20% ke 7.952,08, Saham Big Banks Bergerak Variatif Kamis (28/8)
Selanjutnya: Ekspor Minyak Rusia ke India September Diprediksi Naik di Tengah Tekanan Tarif Trump
Menarik Dibaca: Ini Manfaat Skin Fasting dan Cara Melakukannya dengan Benar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News