Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mencatat penurunan laba bersih, meski kinerja pendapatan masih tumbuh sepanjang tahun lalu. Multi sektor holding dari Grup Bakrie ini mengantongi pendapatan neto senilai Rp 3,76 triliun sampai akhir tahun 2023.
Pendapatan neto BNBR meningkat 3,86% dibandingkan capaian tahun 2022 yang sebesar Rp 3,62 triliun.
Merujuk laporan keuangan yang rilis di Bursa Efek Indonesia, Rabu (13/3) malam, pendapatan neto BNBR tahun 2023 diperoleh dari tiga segmen bisnis utama.
Pendapatan dari infrastruktur dan manufaktur mendominasi dengan nilai Rp 3,46 triliun. Sisanya diperoleh dari segmen jasa pabrikasi dan konstruksi sebesar Rp 170,56 miliar serta perdagangan, jasa dan investasi sebesar Rp 120,08 miliar.
BNBR menanggung beban pokok pendapatan senilai Rp 2,87 triliun sepanjang tahun 2023. Turun tipis 1,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Year on Year/YoY).
Baca Juga: Bakrie Pasang Mode Agresif, Perusahaan Jasa Pertambangan Akan Diboyong Masuk BEI Lagi
Dengan hasil tersebut, BNBR mengantongi laba bruto Rp 883,37 miliar, meningkat 23,34% dibandingkan laba bruto 2022 sebesar Rp 716,17 miliar.
BNBR mencatat kenaikan total beban usaha sebanyak 10,49% secara YoY menjadi Rp 535,06 miliar. Setelah dijumlah, BNBR membukukan laba usaha sebesar Rp 348,31 miliar, melonjak 50,18% dibandingkan laba usaha pada 2022 senilai Rp 231,92 miliar.
Meski begitu, laba neto BNBR mengalami penurunan 13,62% secara YoY. Dari posisi Rp 306,16 miliar pada 2022 menjadi Rp 264,45 miliar pada tahun lalu. Penyebabnya terutama dari penurunan keuntungan atas penjualan aset tetap dari Rp 203,03 miliar pada 2022 menjadi Rp 1,74 miliar.
Dari laba neto tersebut, BNBR meraih laba bersih sebesar Rp 237,46 miliar. Merosot 10,77% dibandingkan laba neto tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BNBR pada tahun 2022 sebesar Rp 266,13 miliar.
Laba per saham dasar/dilusian diatribusikan kepada pemilik entitas induk BNBR ikut terpangkas dari posisi Rp 12,56 pada 2022 menjadi Rp 7,15 pada 2023. Hasil ini juga diakibatkan oleh kenaikan jumlah rata-rata tertimbang saham untuk perhitungan rugi per saham dasar dari 21,18 miliar menjadi 33,21 miliar.
Pada periode yang sama, BNBR mengalami penurunan total aset. Per 31 Desember 2023 BNBR memiliki total aset senilai Rp 7,10 triliun, turun 59,33% dibandingkan posisi tahun 2022 senilai Rp 17,46 triliun.
Baca Juga: Bakrie & Brother (BNBR) Kian Optimistis Menatap 2024
Di sisi lain, BNBR juga memangkas total liabilitas sebanyak 72,12% (YoY). Dari posisi Rp 15,93 triliun pada 2022 menjadi tersisa Rp 4,44 triliun. Hal ini karena BNBR tidak lagi mencatatkan liabilitas derivatif pada 2023, sedangkan pada tahun 2022 tercatat ada Rp 11,50 triliun.
Posisi kas dan setara kas akhir tahun BNBR juga melejit dengan kenaikan 340,16% menjadi Rp 865,46 miliar. Dibandingkan posisi pada tahun 2022 yang kala itu sebesar Rp 196,62 miliar.
Dari sisi pergerakan saham, BNBR masih berkutat sebagai saham gocap. Sempat bergerak tipis ke level Rp 51, pada perdagangan Rabu (13/3) BNBR kembali ditutup pada harga Rp 50 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News