kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

La Nina Jadi Kado Buruk Bagi Emiten Unggas, Cek Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 29 September 2024 / 14:19 WIB
La Nina Jadi Kado Buruk Bagi Emiten Unggas, Cek Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten unggas di tengah potensi adanya La Nina


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena La Nina tampaknya bakal menjadi kado buruk bagi emiten poultry atau unggas. Sebab, fenomena ini menyebabkan harga bahan baku pakan ternak seperti jagung mengalami kenaikan dan pada akhirnya meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan unggas.

Berdasarkan riset dari Samuel Sekuritas, harga jagung domestik pada September 2024 naik tipis 2,3% secara bulanan, terutama disebabkan oleh curah hujan sedang di luar Jawa, yang dapat memengaruhi hasil panen.

"Ke depan, kami mengantisipasi kenaikan harga bahan baku lebih lanjut didorong oleh musim hujan dan potensi efek La Nina," tulis tim riset Samuel Sekuritas, Rabu (25/9).

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat bahwa dalam jangka pendek hingga menengah, tekanan terhadap margin keuntungan emiten poultry akan meningkat imbas La Nina. Emiten yang tidak memiliki strategi hedging atau diversifikasi bahan baku yang baik akan lebih merasakan dampak dari fenomena ini. 

"Dalam menghadapi kenaikan harga bahan baku ini, strategi yang disarankan bagi emiten poultry adalah efisiensi biaya produksi melalui diversifikasi pemasok bahan baku dan penggunaan teknologi pertanian yang lebih modern," ujar Hendra kepada Kontan, Jumat (27/9).

Baca Juga: Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Positif, Cek Rekomendasi Analis

Selain itu, Hendra menerangkan bahwa emiten unggas juga perlu memperkuat manajemen persediaan untuk meminimalkan risiko fluktuasi harga jagung. 

Bagi investor, penting untuk mengamati emiten yang memiliki fleksibilitas dalam manajemen biaya dan mampu menjaga stabilitas margin keuntungan. 

Hendra menilai, emiten seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dianggap lebih tangguh dalam menghadapi fenomena ini. Misalnya, JPFA memiliki skala ekonomi yang besar serta akses pasar yang luas, sedangkan CPIN dikenal dengan efisiensi operasional yang tinggi. 

"Kedua emiten ini diperkirakan mampu mempertahankan margin keuntungan meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku," terangnya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengamini fenomena La Nina berpotensi menaikkan harga jagung,  sehingga meningkatkan harga bahan baku untuk pakan ternak dan akhirnya menekan margin keuntungan dari emiten unggas.

"Strategi saat ini untuk emiten poultry adalah meningkatkan penjualan pada segmen lain seperti penjualan commercial farm, atau processing poultry product," jelas Azis kepada Kontan, Jumat (27/9).

Dilihat dari kinerja keuangan, CPIN dan JPFA memiliki pendapatan segmen pakan ternak yang kontribusinya tidak begitu besar dibandingkan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). 

 

Kendati ada fenomena musiman tersebut, Tim Riset Samuel Sekuritas, menilai saham emiten unggas masih prospektif, seperti JPFA dan MAIN yang memiliki valuasi paling menarik, termasuk adanya sentimen positif dari kebijakan pemerintah soal makan bergizi gratis.

Senada, Hendra juga melihat emiten unggas masih prospektif didorong tren penurunan suku bunga yang memberikan harapan peningkatan daya beli masyarakat, sehingga dapat membantu mendongkrak permintaan produk unggas.

"Dengan strategi efisiensi yang tepat dan dukungan dari kondisi makroekonomi, emiten poultry memiliki prospek yang cukup baik untuk tetap bertahan dan tumbuh di tengah tantangan La Nina," tuturnya.

Hendra merekomendasikan buy on weakness saham JPFA di harga Rp 1.285 dengan target harga Rp 1.665. Sementara itu, ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk saham CPIN di harga Rp 4.760 dengan target harga Rp 5.325.

Sementara Azis merekomendasikan untuk wait and see saham CPIN dan JPFA terlebih dahulu karena masih adanya tekanan jual. Investor bisa entry jika sudah ada sinyal pembalikan untuk trading jangka pendek dengan upside 3%-4%.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Emiten Poultry di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga

Samuel Sekuritas, merekomendasikan buy untuk saham CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 5.900 dan Rp 1.910.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×