Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/6). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup turun 0,05% ke posisi Rp 16.291 per dolar AS.
Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,03% ke level Rp 16.295 per dolar AS, pada Selasa (11/6).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan, sentimen yang membuat rupiah masih melemah yakni, karena mata uang AS didukung imbal hasil Treasury yang lebih tinggi, pasca data pekerjaan domestik menguat akhir pekan lalu, sehingga memicu penurunan taruhan terhadap penurunan suku bunga The Fed.
Dia juga mengatakan bahwa para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan inflasi harga konsumen AS akan turun menjadi 0,1% dari posisi 0,3% bulan lalu, dan tekanan harga inti tetap stabil di 0,3% bulan ini.
“Jadi diperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada akhir pertemuan kebijakan dua hari The Fed yang berakhir pada hari Rabu, namun para pejabat akan memperbarui proyeksi ekonomi dan suku bunga mereka,” ujarnya dalam riset, Selasa (11/6).
Baca Juga: Rupiah Tertekan ke Level Terlemah Sejak April 2020, Simak Proyeksi Hingga Akhir Tahun
Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Ibrahim bilang, datang dari Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja penjualan eceran pada Mei 2024, yang diperkirakan akan meningkat dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) mencapai 233,9 atau tumbuh 4,7% secara tahunan.
Menurut dia, peningkatan tersebut menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat dan efektivitas kebijakan ekonomi, terutama didorong oleh subkelompok sandang, makanan, minuman, dan tembakau, serta suku cadang dan aksesori.
Meski begitu, secara bulanan, penjualan eceran diramal terkontraksi 1,0% secara Month to Month (MtM) sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat usai Idulfitri. Kontraksi lebih dalam tertahan beberapa kelompok yang masih tumbuh positif, seperti suku cadang dan aksesori serta Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Pada April 2024, IPR tercatat mencapai 236,3, mengalami kontraksi sebesar 2,7% YoY. Namun, tertahan pertumbuhan positif di kelompok suku cadang dan aksesori serta BBM,” kata dia.
Lebih lanjut, Ibrahim menyebutkan, secara bulanan, penjualan eceran tumbuh 0,4% MtM, didorong oleh kelompok peralatan informasi dan komunikasi, barang budaya dan rekreasi, serta makanan, minuman, dan tembakau sejalan dengan adanya momentum Idulfitri.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,03% ke Rp 16.2951 Per Dolar AS Pada Selasa (11/6)
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sentimen yang membuat rupiah kembali melemah karena penguatan dolar terhadap mata uang utama, terindikasi dari kenaikan dolar index, sehingga berimbas pada penguatan dollar AS terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.
Joshua menuturkan, sentimen lainnya datang dari pelemahan Euro, yang notebene memiliki kontribusi bobot sekitar 57% dalam indeks dolar, didorong oleh ketidakpastian politik di EuroZone terutama di Perancis, sehingga mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS.
“Ditambah, ekspektasi dari pasar terkait arah suku bunga Fed saat ini hanya memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 25 bps pasca rilis data tenaga kerja AS pada Jumat (7/6),” kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (11/6).
Selain itu, permintaan dolar AS di dalam negeri terkait pembayaran dividen juga cenderung membatasi ruang penguatan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar juga cenderung wait and see menjelang rilis data inflasi AS dan rapat FOMC bulan Juni yang akan digelar minggu ini.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,05% ke Rp 16.291 Per Dolar AS Pada Selasa (11/6)
Menurut dia, pada pertemuan the Fed bulan ini, salah satu yang menjadi risiko utama adalah terkait sejauh mana para pejabat the Fed masih berhati-hati dalam memutuskan timing pemotongan suku bunga Fed. Apalagi, beberapa pejabat secara langsung menyatakan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga tingkat inflasi, dan mendukung arah kebijakan higher-for-longer.
“Pernyataan dari pejabat the Fed tersebut dapat menjadi risiko bahwa the Fed mungkin lebih hawkish dari perkiraan,” kata dia.
Josua pun memprediksi, dalam jangka pendek, pergerakan rupiah berada pada kisaran Rp 16.100 per dolar AS-Rp 16.350 per dolar AS, akibat dinamika dari pergerakan ekspektasi pemotongan suku bunga global, terutama dari AS.
“Namun, hingga akhir tahun, kami masih melihat Rupiah bergerak di kisaran Rp 15.900 - Rp 16.200 per dolar AS, yang didukung oleh potensi pemotongan suku bunga the Fed di akhir tahun 2024,” imbuhnya.
Sementara untuk perdagangan Rabu (12/6), Josua memproyeksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.250 per dolar AS-Rp 15.350 per dolar AS. Sedangkan Ibrahim, memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah dalam rentang Rp 16.280 per dolar AS hingga Rp 16.350 per dolar AS pada Selasa (12/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News