Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak semua orang punya perjalanan yang mulus dalam memulai investasi. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sosok Hartono Gunawan. Direktur Equityworld Futures ini justru menuai manisnya cuan investasi ketika memulai perjalanannya.
Hartono mengisahkan, ia memulai perjalanan investasinya pada akhir 2007 silam, berbarengan dengan pertama kalinya ia bekerja sebagai pialang di Equityworld Futures. Sebagai pialang, ia pun belajar soal seluk-beluk aset futures, seperti emas, indeks saham, dan forex.
Setelah sebelumnya hanya menabung pendapatannya, Hartono pun memberanikan diri untuk berinvestasi pada emas futures. Bak gayung bersambut, pada akhir 2007 saat itu tengah terjadi kondisi krisis mortgage di AS. Menyadari momentum tersebut, ia pun tak mau melewatkannya dan langsung ambil posisi.
"Bisa dibilang investasi awal saya agak nekat, karena tahu momentum tersebut, saya merasa modal Rp 150 juta itu kurang. Saya beranikan untuk pinjam uang ke keluarga dan teman dengan menjanjikan mereka mendapatkan bunga dari pinjaman tersebut," ujar Hartono kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: 10 Milenial yang masuk dalam jajaran orang paling kaya di dunia
Singkat cerita, modal Hartono pun terkumpul Rp 500 juta. Sebagai langkah mitigasi risiko, Hartono membatasi kerugiannya sebesar 30% dari modal awal. Jika sampai menyentuh angka tersebut, ia pun memilih cutloss.
Namun, ternyata langkah berani Hartono justru terbayarkan seiring ia meraup untung besar dari investasi emasnya.
Dalam kurun waktu tiga tahun, harga emas melonjak dari US$ 900an per ons troi menjadi US$ 1.800 per ons troi seiring pecahnya bubble properti di berbagai negara. Lewat investasi tersebut, Hartono pun membeli sebuah rumah sebagai aset investasi terbarunya.
"Ini adalah salah satu kisah investasi saya yang sangat berkesan. Karena, kebetulan, harga properti pada 2012 kan juga sedang jatuh. Jadi keuntungan investasi emas bisa saya belikan rumah di Surabaya dengan harga yang murah," imbuh pria lulusan teknik industri ini.
Kisah manis investasi Hartono belum berakhir, rumah yang ia beli dengan harga di bawah pasaran mengalami kenaikan harga. Lantas ia pun menjualnya dan kembali mengantongi cuan hingga 85%.
Baca Juga: Bernard Arnault jadi orang terkaya di dunia untuk ketiga kalinya minggu ini
Sejak saat itu, Hartono pun lebih memilih properti sebagai kelas aset investasi utama dalam portofolionya. Kini portofolio investasinya sebanyak 60% ditempatkan pada properti, lalu 20% pada emas, dan 20% lagi untuk trading futures.
Selain keuntungan, dalam dunia investasi tentu ada kalanya mengalami kerugian. Pria asal Surabaya ini pun pernah mengalami rugi. Ia merasakan kerugian ketika mencoba melakukan trading forex. Namun, dalam berinvestasi, dirinya selalu mengutamakan mitigasi risiko agar tidak mengalami kerugian yang terlalu dalam.
“Selama mencoba trading forex, saya tetapkan maksimal kerugian 20%, ketika sudah mencapai level tersebut, ya langsung cutloss. Ternyata saya banyak ruginya pas main forex, mungkin memang tidak cocok untuk investasi yang satu ini,” terangnya.
Oleh karena itu, kini dia lebih berfokus mengelola investasi properti. Menurutnya, investasi properti bisa menawarkan imbal hasil setidaknya 30% dalam setahun. Belum lagi, potensi cuan tambahan yang bisa didapat dari passive income ketika aset propertinya disewakan.
Hartono mengaku saat ini seluruh aset propertinya, baik rumah maupun apartemen juga disewakan. Jadi, selain mengalami pertumbuhan nilai asetnya tiap tahun, ia juga memperoleh passive income dari para penyewa.
Dalam membeli properti, ia menyebut faktor lokasi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Properti yang hendak dibeli sebaiknya punya lokasi yang strategis berupa dekat dengan jalan raya, akses transportasi publik, hingga pusat fasilitas publik seperti sekolah, mall, rumah sakit dsb.
Walaupun harganya akan jauh lebih mahal, tapi ini ke depannya akan membantu mengembangkan nilai properti tersebut.
Selain itu, jika memungkinkan, beli properti dari penjual yang kondisinya sedang butuh uang atau properti tersebut mengalami kredit macet. Pasalnya, hal ini berpotensi membuat harga properti jauh lebih murah.
Baca Juga: Jeff Bezos bukan lagi orang terkaya dunia, ini penggantinya
“Lalu pastikan beli properti dengan harga yang tidak terlampau mahal, ini guna memudahkan ke depannya ketika dijual atau disewakan. Kalau saya, untuk harga rumah sebaiknya tidak lebih dari Rp 5 miliar dan untuk apartemen tidak lebih dari Rp 2 miliar,” kata Hartono.
Sementara ketika hendak dijual, ia menyarankan momen yang paling tepat adalah ketika harga pasaran rumah tersebut sudah sulit naik. Sementara untuk apartemen, investor bisa mempertimbangkan untuk menjualnya ketika belum mencapai 10 tahun.
Pasalnya, dengan banyaknya apartemen baru, nilai jualnya bisa turun karena fasilitasnya bisa jadi tertinggal. Untuk disewakan pun akan jauh lebih sulit karena calon penyewa akan lebih memilih bangunan baru.
Sejauh ini, Hartono mengaku paling nyaman berinvestasi pada properti karena harganya yang selalu naik dan salah satu yang aman. Hanya saja, kekurangannya adalah perlu modal awal yang besar serta tidak likuid.
Dengan berbagai pengalaman yang sudah ia punya, pria kelahiran Surabaya ini menyimpulkan, investor harus mengenal risiko investasinya terlebih dahulu sebelum melihat keuntungannya. Ibarat mendaki gunung, pendakian dimulai dari bawah dan naik-turun sebelum akhirnya mencapai puncak.
“Jadi pastikan dulu untuk mengenal seluk-beluk asetnya, cari tahu cara analisanya, mengetahui risikonya, dan menyiapkan mitigasi risikonya. Tapi yang paling penting adalah jangan investasi karena sebatas ikut-ikutan dan fokus mengejar untungnya,” pungkasnya.
Selanjutnya: Luhut Pangaribuan, Todung Mulya dan Chandra Hamzah masuk 100 pengacara top Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News