Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
“Selama mencoba trading forex, saya tetapkan maksimal kerugian 20%, ketika sudah mencapai level tersebut, ya langsung cutloss. Ternyata saya banyak ruginya pas main forex, mungkin memang tidak cocok untuk investasi yang satu ini,” terangnya.
Oleh karena itu, kini dia lebih berfokus mengelola investasi properti. Menurutnya, investasi properti bisa menawarkan imbal hasil setidaknya 30% dalam setahun. Belum lagi, potensi cuan tambahan yang bisa didapat dari passive income ketika aset propertinya disewakan.
Hartono mengaku saat ini seluruh aset propertinya, baik rumah maupun apartemen juga disewakan. Jadi, selain mengalami pertumbuhan nilai asetnya tiap tahun, ia juga memperoleh passive income dari para penyewa.
Dalam membeli properti, ia menyebut faktor lokasi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Properti yang hendak dibeli sebaiknya punya lokasi yang strategis berupa dekat dengan jalan raya, akses transportasi publik, hingga pusat fasilitas publik seperti sekolah, mall, rumah sakit dsb.
Walaupun harganya akan jauh lebih mahal, tapi ini ke depannya akan membantu mengembangkan nilai properti tersebut.
Selain itu, jika memungkinkan, beli properti dari penjual yang kondisinya sedang butuh uang atau properti tersebut mengalami kredit macet. Pasalnya, hal ini berpotensi membuat harga properti jauh lebih murah.
Baca Juga: Jeff Bezos bukan lagi orang terkaya dunia, ini penggantinya
“Lalu pastikan beli properti dengan harga yang tidak terlampau mahal, ini guna memudahkan ke depannya ketika dijual atau disewakan. Kalau saya, untuk harga rumah sebaiknya tidak lebih dari Rp 5 miliar dan untuk apartemen tidak lebih dari Rp 2 miliar,” kata Hartono.
Sementara ketika hendak dijual, ia menyarankan momen yang paling tepat adalah ketika harga pasaran rumah tersebut sudah sulit naik. Sementara untuk apartemen, investor bisa mempertimbangkan untuk menjualnya ketika belum mencapai 10 tahun.
Pasalnya, dengan banyaknya apartemen baru, nilai jualnya bisa turun karena fasilitasnya bisa jadi tertinggal. Untuk disewakan pun akan jauh lebih sulit karena calon penyewa akan lebih memilih bangunan baru.
Sejauh ini, Hartono mengaku paling nyaman berinvestasi pada properti karena harganya yang selalu naik dan salah satu yang aman. Hanya saja, kekurangannya adalah perlu modal awal yang besar serta tidak likuid.
Dengan berbagai pengalaman yang sudah ia punya, pria kelahiran Surabaya ini menyimpulkan, investor harus mengenal risiko investasinya terlebih dahulu sebelum melihat keuntungannya. Ibarat mendaki gunung, pendakian dimulai dari bawah dan naik-turun sebelum akhirnya mencapai puncak.
“Jadi pastikan dulu untuk mengenal seluk-beluk asetnya, cari tahu cara analisanya, mengetahui risikonya, dan menyiapkan mitigasi risikonya. Tapi yang paling penting adalah jangan investasi karena sebatas ikut-ikutan dan fokus mengejar untungnya,” pungkasnya.
Selanjutnya: Luhut Pangaribuan, Todung Mulya dan Chandra Hamzah masuk 100 pengacara top Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News