kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kuartal I 2019, sektor pertambangan masih sulit tumbuh


Kamis, 25 April 2019 / 19:34 WIB
Kuartal I 2019, sektor pertambangan masih sulit tumbuh


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten tambang sejenis sudah melaporkan kinerja kuartal I 2019. Sektor tambang menjadi sektor yang cukup tertekan hingga kuartal I 2019 ini. Tercermin dari raihan laba bersih mereka yang turun cukup dalam.

PT Indika Energy Tbk (INDY) harus mencatatkan penurunan laba yang cukup signifikan pada periode kuartal I 2019 hingga 61% menjadi US$ 40,5 juta. Pada pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih INDY mencapai US$ 103,8 juta.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 21,4% year on year (yoy) menjadi Rp 1,14 triliun. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) mencatatkan laba mencapai Rp 42,13 miliar, naik 3,35% secara tahunan. PT Bumi Resources Minerals (BRMS) mencetak laba bersih sebesar US$ 86.650. Pada periode yang sama tahun lalu, BRMS mencetak rugi bersih US$ 4,69 juta.

Melihat kondisi ini, Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, di kuartal I 2019 lalu memang sektor tambang sangat menantang jika dilihat dari harga komoditas yang belum pulih. Namun secara jangka panjang masih sangat berpotensi karena strategi mereka untuk diversifikasi.

“Harga batubara akan ditentukan oleh perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dengan China. Kalau berhasil ada kesepakatan maka dampaknya akan positif untuk industri manufaktur dan pembangkit listrik di China,” ujar Robertus kepada Kontan.co.id, Kamis (25/4).

Menurutnya jika negosiasi dagang tersebut berjalan lancar, maka seharusnya harga batubara dapat membaik di kuartal II 2019 ini. Pihaknya masih optimistis untuk saham-saham tertentu seperti PTBA yang membagikan dividen hingga 75% dari laba bersih.

Buy PTBA dengan target Rp 4.600, buy PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target Rp 32.000,” ujar Robertus.

Kendati demikian, Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International, Harry Su mengatakan secara sektoral sektor tambang tidak akan bagus karena memang ada pelemahan ekonomi secara global.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan pelemahan ekonomi global akan berdampak kepada harga komoditas termasuk batubara. Selain itu perang dagang juga akan berdampak kepada harga batubara.

“Jika ada perlambatan ekonomi global maka permintaan komoditas akan menurun sehingga harganya berpotensi terus menurun. Saya sarankan wait and see dahulu,” ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×