Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Beberapa perusahaan mengumumkan rencana penerbitan obligasi tahun ini. Hampir mencapai paruh tahun, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 23 perusahaan sudah melakukan listing obligasi. Dari penerbitan tersebut, tercatat dana yang terkumpul sebanyak Rp 39,1 triliun.
Sementara itu, yang sedang dalam pipeline ada 35 perusahaan dengan target dana Rp 65,3 triliun. Sehingga, total penerbitan tahun ini, kurang lebih mencapai Rp 104,4 triliun.
Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan penerbitan obligasi bisa menjadi alternatif untuk ekspansi. Dia mencontohkan, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang berencana menambah capex dengan dana obligasi. "Berarti sudah ada tanda-tanda adanya peningkatan konsumsi. Sehingga SMGR mengantisipasi itu," kata Reza kepada KONTAN, Minggu (11/6).
Adanya pemulihan dan stabilitas ekonomi, membuat perusahaan menggelar aksi penerbitan obligasi tersebut. Selain untuk ekspansi, obligasi tersebut juga bisa digunakan untuk restrukturisasi utang. "Karena sekarang market sedang baik, investor juga tertarik, ini bisa dimanfaatkan oleh emiten untuk menerbitkan obligasi," ujarnya.
Penerbitan pada tahun ini juga ditargetkan akan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu. Misalnya, emiten yang menerbikan variasi seri obligasi. Seri itu bisa memberikan pilihan kepada investor.
Misalnya, tenor panjang dengan bunga yang tinggi atau tenor pendek dengan bunga rendah. "Jumlah emiten yang menerbitkan juga otomatis semakin banyak dari tahun lalu," imbuhnya.
Kenaikan rating investment grade dari S&P melengkapi pendorong kepercayaan diri asing ke pasar Indonesia. Belum lagi dengan dukungan kondisi makroekonomi yang membaik. Hal tersebut juga akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.
"Dengan kondisi ekonomi makro saat ini, investor asing juga pasti lebih confidence terhadap emiten," ujar Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital kepada KONTAN, Jumat (9/6).
Menurutnya, saat ini emiten tengah menikmati potensi penurunan cost of fund pada obligasi. Hal itu mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi sebagai alternatif pendanaan tahun ini. Selain S&P, hasil survei United National Conference On Trade and Developtment (UNCTAD) yang menyebutkan Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara tujuan investasi yang prospektif 2017-2019 juga memberikan pengaruh. "Ini menjadi refleksi dari beberapa tindakan kebijakan pemerintah," ujarnya.
Selain itu, target produk domestik bruto (PDB) dari pemerintah juga cukup bagus di 2018, yaitu 5,4% - 6,1%. Hal itu menyebabkan, dorongan korporasi untuk menerbitkan obligasi semakin kuat karena adanya kondisi yang membaik. "Jadi, mereka akan berpikir untuk melakukan ekspansi akan jauh lebih longgar dibandingkan dengan kondisi di 2015-2016," tambahnya.
Selain menarik minat investor asing, kondisi tersebut juga secara otomatis menarik minat investor domestik. Faktor ini bisa membuat penerbitan obligasi menjadi diminati. "Kami lihat, kredit perbankan juga belum terlalu agresif, sehingga emiten lebih dulu agresif melalui surat utang," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News