Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya penerbitan surat utang korporasi pada kuartal I 2019 diprediksi tidak akan berlanjut. Sebaliknya, pada kuartal II 2019 sampai akhir tahun diprediksi penerbitan surat utang korporasi berpotensi kembali ramai.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 29 Maret 2019, nilai penerbitan surat utang korporasi sebesar Rp 21,82 triliun. Angka ini memperlihatkan tren penurunan karena di kuartal I 2018 realisasi penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 29,39 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, di kuartal I 2019 saingan surat utang korporasi cukup ketat karena pemerintah juga gencar menerbitkan surat utang (front loading).
"Jadi kalau korporasi ikut ramai mengeluarkan nanti bentrok dan di-indikasikan strategi korporasi akan ramai mengeluarkan surat utang di kuartal II dan III tahun ini," kata Wawan, Senin (29/4).
Selain itu, tak dipungkiri obligasi yang akan jatuh tempo jadi pendorong penerbitan obligasi korporasi di tahun ini mulai marak. Mulai terlihat di awal kuartal II beberapa korporasi mulai tancap gas kembali melakukan ekspansi dengan dibantu pembiayaan dari surat utang korporasi.
Senin (29/4), PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I 2019 senilai Rp 2 triliun. Obligasi tersebut bagian dari obligasi berkelanjutan III PNM yang secara total senilai Rp 6 triliun.
Perusahaan BUMN lainnya yang juga hendak mengeluarkan obligasi adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT, anggota indeks Kompas100 ini, ). Target penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2019 sebesar Rp 1,84 triliun.
Penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi III dengan target dana sebesar Rp 10 triliun. Masa penawaran akan dilakukan pada 13 Mei 2019.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, faktor pemilihan umum (pemilu) sedikit banyak mempengaruhi keputusan korporasi dalam menerbitkan obligasi.
"Setelah pemilu korporasi jadi lebih punya kepastian pada kondisi pasar," kata Rudiyanto. Meski, perlu diketahui penerbitan obligasi korporasi yang membutuhkan waktu ini memang kebetulan rampung diproses setelah pemilu usai.
"Faktor pemilu mempengaruhi tetapi jika kebutuhan korporasi mendesak dan bunga masih menarik, ya bisa saja faktor pemilu diabaikan," kata Rudiyanto.
Dengan terbukanya potensi penurunan suku bunga, Rudiyanto memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi ke depan bisa semakin ramai dan memiliki kupon yang lebih rendah.
Rudiyanto memproyeksikan, suku bunga baru akan berpotensi turun di kuartal IV 2019 atau di awal 2020. "Penurunan suku bunga berpotensi tidak hanya sekali, melainkan bisa lima hingga enam kali seperti jumlah kenaikan suku bunga selama ini," kata Rudiyanto.
Apalagi, dengan inflasi yang masih terjaga di 3,5%, suku bunga ideal bisa di kisaran 4,5%-5%.
Wawan memproyeksikan ke depan penerbitan surat utang korporasi akan ramai. "Persaingan korporasi untuk dulu-duluan menarik dana dan minat investor pada obligasi korporasi akan ketat, karena banyak korporasi yang akan menerbitkan," kata Wawan.
Dengan proyeksi penerbitan obligasi yang baru mulai ramai, Wawan memproyeksikan kupon yang ditawarkan berpotensi akan tetap kompetitif dan belum tentu turun mengikuti potensi besar turunnya suku bunga di tahun ini.
"Harusnya kupon yang nanti ditawarkan obligasi korporasi akan lebih rendah jika diterbitkan di kuartal III atau IV tahun ini karena suku bunga berpotensi turun, tetapi belum tentu kupon obligasi akan turun jika banyak juga korporasi yang mengeluarkan dan berebut dana," kata Wawan.
Dari sisi penyerapan, Wawan memandang akan tetap baik karena institusi juga akan terus berkembang dan banyak obligasi yang jatuh tempo.
Namun, Rudiyanto mengatakan, di tengah potensi penurunan suku bunga, dari konteks racikan portofolio reksadana pendapatan tetap, ia tetap lebih memilih obligasi pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News