Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski catatkan pelemahan dalam dua hari terakhir, namun harga crude palm oil (CPO) tetap mendulang kenaikan sejak awal tahun 2016 kemarin. Dukungan terbesar datang dari rendahnya produksi negara produsen akibat cuaca yang buruk.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/6) pukul 18.06 WIB harga CPO kontrak pengiriman Juli 2016 di Malaysia Derivative Exchange terkikis 0,15% ke level RM 2.603 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Namun sejak awal tahun harga sudah terbang 1,75%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures menerangkan saat ini yang masih menjegal laju harga CPO adalah penguatan yang didulang Ringgit Malaysia. Dengan rendahnya harapan pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed Juni 2016 ini, otomatis ringgit pun mendulang penguatan.
Memang tercatat ringgit terbang ke level tertingginya dalam tiga pekan terakhir. “Jelas ini mengikis kekuatan CPO,” jelas Wahyu.
Hanya saja itu tidak serta merta menghapus kekuatan CPO yang masih diproyeksi bermasa depan cerah. Pasalnya, faktor fundamental yang ada di pasar global mendukung kenaikan harga CPO cukup kuat.
“Faktor produksi yang masih terus menipis itu kekuatan harga, kalau koreksi tipis seperti dua hari ini hal tersebut sangat wajar,” imbuh Wahyu.
Diprediksi Bloomberg Survey, stok CPO Malaysia Mei 2016 turun 7,8% menjadi 1,66 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Hal ini sudah berlangsung selama beberapa waktu terakhir, mengeringkan pasokan CPO di pasar global.
Pasar saat ini sedang menanti rilis data produksi CPO resmi milik Malaysia Palm Oil Board (MPOB) pada 10 Juni 2016 mendatang. "Kalau dirilisnya memang menurun lagi, jelas harga punya kans naik lagi," tutur Wahyu.
Wahyu memperkirakan kenaikan harga CPO masih bisa terus berlanjut. “Dibanding komoditas lainnya, harga CPO itu yang paling baik trennya,” duga Wahyu.
Sehingga dinilai bisa mengejar level RM 2.800 per metrik ton hingga akhir tahun 2016 nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News