kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konflik AS-Iran memanas, simak efeknya pada pergerakan rupiah menurut ekonom


Rabu, 08 Januari 2020 / 19:36 WIB
Konflik AS-Iran memanas, simak efeknya pada pergerakan rupiah menurut ekonom
ILUSTRASI. Petugas menyortir uang kertas pecahan Rp 100 ribu di Cash Center Bank BNI Jakarta.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran diharapkan tidak akan berlarut terlalu panjang. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, selain akan merugikan kedua negara, dalam jangka panjang konflik tersebut bisa memperburuk kondisi ekonomi global. 

"Untuk jangka pendek konflik akan berdampak positif bagi popularitas Presiden AS Donald Trump, tapi di jangka panjang itu akan buruk bagi kondisi ekonomi global," jelas David kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Untuk jangka pendek, beberapa aset safe haven tampak diuntungkan dari sentimen perang AS dan Iran, seperti mata uang yen Jepang dan dolar AS yang cenderung mengalami penguatan. 

Baca Juga: Jika perang AS-Iran makin memanas, analis: Rupiah berpeluang melemah ke Rp 15.000

Untuk rupiah, meskipun bukan bagian dari safe haven namun pergerakannya masih cenderung stabil ditopang sentimen domestik yang positif.

Catatan saja, rupiah pada Rabu (8/1) melemah 0,16% ke level Rp 13.900 per dolar AS.

David menjelaskan, pelemahan yang terjadi pada Rabu (8/1) sedikit tertahan oleh positifnya data cadangan devisa Indonesia. Per Desember 2019 yang tercatat naik US$ 2,6 miliar menjadi US$ 129,2 miliar. 

"Cadev cukup baik didukung peningkatan inflow dan mendorong pasokan dollar AS naik. Jadi posisi cadev saat ini sangat aman dan trennya naik terus," ungkapnya.

Apalagi, dilihat dari sisi fundamental rupiah, David beranggapan nilai tukar rupiah masih memiliki daya tarik cukup kuat jika dibandingkan dengan dolar Australia dan dolar Singapura. 

Ini karena, baik ekonomi Australia dan Singapura cenderung lesu dan tidak sekuat Indonesia yang berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% di 2019.

David memperkirakan, rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.500 per dolar AS sepanjang 2020. Bahkan, dia menilai secara fundamental level rupiah saat ini sudah terlalu kuat. 

David juga meyakini baik AS dan Iran akan berpikir panjang untuk melanjutkan konflik tersebut dalam jangka panjang, mengingat konsekuensi kerugian yang harus ditanggung cukup besar.

"Tiga hal menjadi perhatian utama bagi pergerakan rupiah tahun ini, yaitu sentimen perang dagang, perkembangan kondisi politik di Timur Tengah dan reaksi suku bunga The Fed terhadap gejolak pasar," tandasnya.

Baca Juga: Rupiah diprediksi bakal konsolidasi besok, simak sentimen pendorongnya

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan sepanjang 2020 pergerakan rupiah masih akan relatif stabil. Meskipun diakui akan ada banyak tekanan, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 13.900 per dolar AS hingga Rp 14.100 per dolar AS tahun ini. 

"Banyaknya tekanan global membuat sebagian besar kebijakan moneter di banyak negara cenderung bersifat dovish," ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Menurutnya, sikap dovish yang diambil kebanyakan bank sentral di berbagai negara tersebut bertujuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi domestiknya. Alhasil, nilai tukar terhadap dollar AS diyakini akan relatif stabil disepanjang 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×