Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
Selain mencermati sektor usahanya, Nico menyarankan untuk mempertimbangkan penggunaan dana yang dihimpun melalui obligasi tersebut. Dana yang dihimpun melalui obligasi diharapkan dapat mendatangkan keuntungan ke depannya.
"Jangan sampai nanti sudah menerbitkan obligasi, tidak bisa ekspansi, tetapi harus bayar bunga. Ini akan menjadi beban," imbuhnya lagi.
Oleh karenanya, penting bagi investor untuk mencermati rencana bisnis perusahaan. Obligasi akan semakin diminati jika rencana bisnis memiliki peluang sukses, dalam artian rencana bisnis bisa dijalankan dan memiliki pangsa pasar yang baik.
Baca Juga: Ketidakpastian meningkat, jumlah penawaran dalam lelang sukuk Selasa (15/9) turun
Walau PSBB di DKI Jakarta kembali diperketat per hari Senin (14/9), Nico melihat penerbitan obligasi masih memiliki potensi bertumbuh ke depan. Sebab, dampak dari PSBB tahap kedua ini lebih terukur dan tidak akan sedalam PSBB yang diterapkan di kuartal II tahun 2020.
Nico juga melihat masih ada ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan hingga 25 bps. Jika hal tersebut terjadi, maka imbal hasil atau yield obligasi ikut menurun. Ini memberi kesempatan bagi emiten-emiten menerbitkan obligasi dengan kupon yang lebih rendah lagi.
Selanjutnya: Kelompok dana pensiun dan asuransi mendominasi, seri PBS025 jadi incaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News