Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring berputarnya kembali kegiatan ekonomi, berbagai emiten mulai ramai melakukan pencarian dana di pasar modal. Hal ini juga sejalan dengan kembali pulihnya kondisi bursa selama tiga bulan terakhir.
" Ini membuat beberapa emiten yang tadinya menunda atau menunggu, mulai menjalankan kembali rencananya," jelas Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (4/9). Mengutip data dari RTI Business, pergerakan IHSG selama tiga bulan terakhir memang menguat hingga 10,23%.
Walaupun tampak menguat, Wawan mengamati bahwa kondisi ini masih belum membaik sepenuhnya. Akan tetapi, setidaknya mulai membaik dibanding semester I 2020. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika pencarian dana di pasar modal tahun ini diprediksi akan lebih mini dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Deretan emiten bank ini akan gelar rights issue, menarikkah dieksekusi?
Adapun mengutip keterangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir Agustus 2020, BEI telah mencatatkan ada 37 perusahaan yang melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) dan 12 perusahaan menerbitkan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Adapun dana yang dihimpun melalui aksi tersebut mencapai sebesar Rp 4,2 triliun melalui IPO dan Rp 10,8 triliun melalui rights issue.
Sementara itu, mengutip data dari statistik Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minggu ke -4 Agustus tahun lalu, sebanyak 31 emiten melakukan IPO saham dan 12 emiten menggelar rights issue.
Adapun untuk nilai emisi IPO-nya tercatat lebih mini dibanding tahun ini, mencapai Rp 9,04 triliun. Akan tetapi untuk nilai rights issue-nya lebih besar hingga Rp 25,66 triliun.
Untuk penerbitan obligasi per akhir Agustus2020 ini tercatat Rp 45,9 triliun. Jumlah tersebut juga tercatat lebih kecil dibanding obligasi dan sukuk korporasi tahun lalu yang tercatat Rp 87,26 triliun.
Lebih lanjut Wawan menjelaskan, di tengah kondisi yang tidak pasti investor cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan investasi. Kepercayaan investor dalam memberikan utang sedang rendah.
Sehingga emiten melihat penerbitan kembali saham menjadi alternatif pencarian dana karena tidak perlu mengembalikan dana tersebut kepada investor dalam bentuk pokok maupun bunga.
Baca Juga: Simak strategi & fokus bisnis PTPP dan anak usaha di tahun ini
Di sisi lain, investor juga cenderung mempertimbangkan penggunaan dana yang terkumpul di pasar modal. Jika dana yang terkumpul digunakan untuk membayar utang, maka investor menjadi kurang tertarik. Berbeda ketika dana digunakan untuk ekspansi.
" Ekspansi asetnya akan meningkat. Kalau aset perusahaan meningkat harapannya bisa mengerek pendapatan, sehingga harga saham akan naik," jelasnya lagi.
Sementara itu, Analis Phipilp Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan di tengah pasar yang volatile dan tidak pasti, emiten akan cenderung menahan aksi IPO. Sebab, ada kekhawatiran saham yang ditawarkan tidak terserap maksimal oleh pasar.
Hal serupa juga akan berdampak pada pencarian dana lainnya di pasar modal lainnya, seperti rights issue, private placement, maupun obligasi.
Zamzami pun memprediksi untuk tahun ini pencarian dana di pasar modal akan lebih sepi dibandingkan tahun lalu. Mengingat di kuartal III nanti perekonomian di Indonesia terancam akan mengalami resesi.
Kendati masih berpotensi tertekan, pencarian dana di pasar modal akan kembali pulih tahun depan, seiring dengan pemulihan ekonomi.
" Tapi ke depan seharusnya bertambah banyak, seiring emiten melakukan ekspansi mengantisipasi recovery ekonomi," kata Zamzami, Minggu (6/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News