kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.263.000   -4.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.658   20,00   0,12%
  • IDX 8.184   17,84   0,22%
  • KOMPAS100 1.144   4,60   0,40%
  • LQ45 837   0,23   0,03%
  • ISSI 284   -0,42   -0,15%
  • IDX30 441   0,53   0,12%
  • IDXHIDIV20 509   0,80   0,16%
  • IDX80 128   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 138   -0,14   -0,10%
  • IDXQ30 140   -0,44   -0,31%

Komoditas Energi Kompak Tertekan Kamis (30/10), Bagaimana Prospeknya ke Depan?


Kamis, 30 Oktober 2025 / 19:57 WIB
Komoditas Energi Kompak Tertekan Kamis (30/10), Bagaimana Prospeknya ke Depan?
ILUSTRASI. Harga komoditas energi kompak melemah hari ini, Kamis (30/10). Berdasarkan Trading Economics, pada Kamis (30/10) pukul 19.00 WIB, harga minyak mentah WTI turun 0,69% secara harian ke level US$ 60,065 per barel.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi kompak melemah hari ini, Kamis (30/10). Sejumlah sentimen dari Amerika Serikat (AS) dan China dinilai menjadi penggerak harga komoditas energi saat ini.

Berdasarkan Trading Economics, pada Kamis (30/10) pukul 19.00 WIB, harga minyak mentah WTI turun 0,69% secara harian ke level US$ 60,065 per barel.

Sementara itu, harga gas alam juga terkoreksi 0,35% ke US$ 3,8059 per MMBtu, dengan harga batubara yang juga melemah 0,34% ke US$ 103,9 per ton.

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo mencermati, pelemahan harga minyak mentah WTI dipicu oleh ketiadaan pembahasan isu energi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

"KTT gagal memberikan kejelasan tentang prospek pasokan di tengah pengetatan sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia," ujar Sutopo kepada Kontan, Kamis (30/10/2025).

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Terkoreksi, OPEC+ dan Geopolitik Masih Menopang Pasar

Lebih lanjut, harga batubara juga merosot lantaran upaya China mengekang kapasitas berlebih melalui kampanye "anti-involusi". Sutopo melihat hal ini memangkas produksi domestik dan menekan harga, meskipun batubara tetap menjadi porsi signifikan dalam bauran energi global.

Ia melanjutkan, gas alam tengah tertekan tingkat penyimpanan yang nyaman dan produksi stabil.

"Namun, potensi pergeseran ke cuaca yang lebih dingin pada November dapat memicu lonjakan permintaan pemanas, dan harga pun berpotensi naik," katanya.

Sementara untuk batubara, Sutopo memandang harganya akan terus dipengaruhi implementasi kebijakan energi China, serta kebutuhan listrik global menjelang musim dingin.

Dengan sejumlah pertimbangan tersebut, hingga akhir tahun, Sutopo memperkirakan harga minyak WTI dapat bergerak fluktuatif di dekat US$ 60-US$ 68 per barel. 

Ia juga memprediksi harga batubara dapat bergerak di sekitar US$ 105 per ton. Sedangkan gas alam berpotensi mencapai US$ 3,83-US$ 4,00 per MMBtu.

Prospek di 2026

Tahun depan, Sutopo memproyeksikan harga komoditas energi secara umum akan cenderung tertekan. "Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi normalisasi kondisi pasar dan potensi peningkatan suplai," terangnya.

Secara keseluruhan, Sutopo melihat komoditas energi berpotensi digerakkan risiko geopolitik yang berkelanjutan dan kelanjutan transisi energi.

Negara-negara maju, lanjutnya, akan berupaya mengurangi bahan bakar fosil, sedangkan China dan India masih membangun kapasitas batubara. 

"Hal ini akan menjadi variabel kunci yang menentukan volatilitas harga sepanjang tahun 2026," kata Sutopo.

Baca Juga: Kelebihan Pasokan, Harga Komoditas Energi Tertekan

Selanjutnya: Bayern Munich Pecahkan Rekor Eropa dengan 14 Kemenangan Beruntun

Menarik Dibaca: 3 Fakta Tentang Pori-Pori Wajah, Benarkah Bisa Dihilangkan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×