Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) berhasil bukukan kenaikan laba bersih setelah pajak sebanyak 82,85% sepanjang 2019 menjadi Rp 50,34 miliar dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni Rp 27,53 miliar.
"Pencapaian laba tersebut cukup menggembirakan, mengingat kondisi ekonomi tahun lalu lebih banyak diwarnai agenda politik seiring pemilihan Presiden dan pemilu legislatif. Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi nasional cenderung landai," kata Direktur Utama (Dirut) KBI Fajar Wibhiyadi dalam keterangan resminya, Senin (29/6).
Baca Juga: Transaksi Kontrak Berjangka Naik 40,58% di Kuartal I-2020
Selanjutnya, Fajar menilai untuk skala nasional kondisi ekonomi tahun lalu cukup stabil, dengan perekonomian yang masih bertumbuh dan inflasi berada di level 2,72%, sekaligus level terendah dalam 10 tahun terakhir.
Dipaparkan bahwa sepanjang 2019 KBI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 131 miliar atau sebesar 102,91% dari target anggaran tahunan sebesar Rp 127 miliar, atau naik 144,96% dibanding pendapatan 2018.
Adapun pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan operasional sebesar Rp112 miliar atau 106,91% dari anggaran tahunan, dan pendapatan non-operasional sebesar Rp18 miliar atau sebesar 83,84% dari anggaran tahunan.
Baca Juga: Bappebti mencatat pertumbuhan transaksi pasar berjangka komoditi 40,6% di kuartal I
Naiknya pendapatan KBI tidak lepas dari kinerja industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) yang mengalami pertumbuhan cukup positif. Hal ini tercermin dari volume transaksi multilateral PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang mencapai 1.467.371 lot, melewati target yang telah dicanangkan sebesar 1,1 juta lot.
Jelasnya, dari volume transaksi multilateral tersebut diketahui kontrak berjangka emas berkontribusi 45% atau setara dengan 660.893 lot. Selain emas, kopi juga menjadi kontributor terbesar volume transaksi dengan porsi 29% atau 430.837 lot, yang diikuti dengan transaksi olein dengan porsi 23% atau sekitar 336.124 lot, dan kakao sebesar 3% atau setara 39.517 lot.
Selain itu, sepanjang 2019 KBI telah meregistrasi transaksi kontrak berjangka dan derivatif lainnya sebanyak 7,968,762.7 lot, yang terdiri dari produk komoditi primer termasuk Kontrak Berkala Emas (KBE) sebanyak 1,467,371 lot (18,4%), indeks sebanyak 624,114.7 lot (7,83%), currency sebanyak 767,701.7 lot (9,63%), komoditi SPA sebanyak 5.084.240,3 lot (63,80%), Kontrak single stock sebanyak 25.190 lot (0,32%). Untuk Kontrak Penyalur Amanat Luar Negeri (PALN) sebanyak 145 lot.
Dengan demikian komposisi produk didominasi oleh kontrak Bilateral-SPA, yaitu produk indeks, produk currency, serta komoditi SPA, kontrak single stock yang secara keseluruhan mencapai 6.501.246,7 lot atau 81,58% dari total kontrak yang diregistrasi (termasuk transaksi kontrak single stock) dan mencapai 6.476.056,7 lot atau 81,27% (tidak termasuk transaksi kontrak single stock).
Baca Juga: Dorong kesejahteraan nelayan, Kliring Berjangka Indonesia gandeng Perinus
Selaku Pusat Registrasi Resi Gudang, tahun lalu KBI juga telah menatausahakan Resi Gudang sebanyak 444 Resi Gudang dengan total volume sebesar 11.864.352 ton dan nilai transaksi sebesar Rp 113,38 miliar. Selain itu, dari Kegiatan Transaksi Pasar Fisik Timah Murni Batangan, sepanjang tahun 2019 KBI telah meregistrasikan dan mengkliringkan transaksi Pasar Fisik Timah Batangan sebesar 27.183,41 Ton.
Ke depan, Fajar menilai kondisi perekonomian global diperkirakan masih penuh ketidakpastian dan cenderung melambat. Apalagi, dari dalam negeri Indonesia sedang dilanda wabah Covid-19 dan berpotensi memberikan dampak kepada dunia usaha.
"Namun KBI tetap optimis bahwa sektor perdagangan komoditas berjangka memiliki potensi untuk berkembang sangat baik. Bahkan tahun depan industri diyakini bakal tumbuh lebih baik seiring dengan kontrak di bursa yang semakin inovatif dan menarik bagi investor. Mesipun terganggu Covid-19, kami masih optimistis kinerja akan tumbuh positif di 2020," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News