Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .
Pelemahan harga nikel baru-baru ini didukung oleh lemahnya permintaan dari sektor industri stainless-stell dan diproyeksikan akan memengaruhi pendapatan pada semester I-2020. “Kami berharap permintaan yang solid dari kendaraan listrik akan meningkat yang akan meningkatkan penghasilan perusahaan dalam jangka panjang,” tulis Stefanus dalam riset, Jumat (21/2).
Baca Juga: Tahun 2020, Vale (INCO) fokus mengontrol produksi dan biaya
Stefanus pun mempertahankan rekomendasi buy saham INCO dengan target harga Rp 4.400 per saham. Rekomendasi ini dipertahankan mengingat efisiensi biaya lebih lanjut dari manajemen INCO, produksi nikel dalam matte yang diproyeksikan sedikit lebih tinggi, dan pendapatan jangka panjang yang kuat dari proyek pengembangan serta harga nikel yang solid dalam jangka panjang.
Sementara Dessy merekomendasikan hold saham INCO dengan target harga Rp 3.900 per saham dengan upside potential +27,5% dari harga penutupan per 21 Februari 2020 yakni Rp 3.060 per saham. Dessy merekomendasikan hold saham INCO sampai kabar divestasi dan progress pembangunan smelter INCO menemui titik terang.
Untuk diketahui, INCO berencana membangun dua pabrik pengolahan nikel (smelter) di Pomalaa dan Bahodopi. Sejauh ini proyek tersebut masih dalam tahap negosiasi dengan calon partner Join Venture (JV).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News