Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah COVID-19 yang berkepanjangan di tahun 2021 berdampak pada tiga pilar bisnis PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Akibatnya, rugi bersih perusahaan meningkat menjadi Rp 268,99 miliar hingga September 2021.
Hingga September 2021, SSIA membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 1,39 triliun. Pendapatan ini mengalami penurunan sekitar 34,5% dari Rp 2,12 triliun di periode yang sama tahun lalu.
VP Head of Investor Relation SSIA, Erlin Budiman menjelaskan penurunan ini terutama disebabkan oleh pendapatan konstruksi dan perhotelan yang masing-masing turun sebesar 38,9% dan 39,2%. Sementara itu, pendapatan segmen bisnis properti SSIA turun sekitar 2%.
Seiring dengan itu, laba kotor perseroan turun 27,1% YoY menjadi Rp 246,9 miliar dari Rp 338,5 miliar di September 2020. Hal itu akibat dari penurunan laba kotor perhotelan sebesar 58,1%.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tekan kinerja Surya Semesta Internusa (SSIA)
EBITDA SSIA selama sembilan bulan kemarin turun 118,1% YoY menjadi minus Rp 7,2 miliar dari Rp 39,7 miliar di periode yang sama tahun lalu.
"Disebabkan karena penurunan EBITDA perhotelan sebesar 49,5%," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Rabu (8/12).
Akibatnya, bottom line Surya Semesta Internusa mencatatkan kenaikan rugi bersih menjadi Rp 268,99 miliar. Angka itu naik 35,94% dibandingkan September 2020 sebesar Rp 197,87 miliar.
Erlin memaparkan, hasil tersebut terutama disebabkan oleh penurunan laba operasional sekitar 2,055,7% dari minus Rp 4 miliar pada September 2020 menjadi minus Rp 86,9 miliar pada September 2021.
Baca Juga: Kinerja Surya Semesta (SSIA) masih tertekan, simak rekomendasi analis
Dari sisi fundamental, kas perseroan per September 2021 mencapai Rp 665,1 miliar atau turun 37,4% dari posisi kas semester I 2021 sekitar Rp 1,06 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh pembebasan lahan Subang Smartpolitan serta pengembangan pada periode kuartal III 2021 yaitu sekitar Rp 215 miliar.
Sementara itu, utang kena bunga untuk periode sembilan kemarin sebesar Rp 2,5 triliun. Dengan begitu, menghasilkan rasio utang/ekuitas (gearing ratio) sebesar 63%.
Erlin menilai hal tersebut mengakibatkan unit bisnis konstruksi diperkirakan membukukan pendapatan yang lebih rendah sepanjang tahun ini, sekitar 25% dari pendapatan tahun lalu. Sementara itu, segmen bisnis perhotelan juga akan membukukan pendapatan yang lebih rendah tahun ini terutama karena pendapatan perhotelan pada periode kuartal I 2020 belum memasuki dampak dari Covid-19.
Lalu, prospek dari pendapatan penjualan lahan tahun ini juga akan lebih rendah sekitar 50% dibandingkan dengan penjualan lahan pada tahun lalu sebesar 78 hektar penjualan tanah dari Suryacipta City of Industry, Karawang atau setara dengan nilai Rp 329,2 miliar.
"Secara keseluruhan, prospek pendapatan tahun ini diperkirakan lebih rendah sekitar 25% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu," katanya.
Untuk marketing sales, SSIA mencatat penjualan lahan seluas 8,8 hektar hingga September 2021. Dia bilang, penjualan dilakukan ke perusahaan teknologi regional dan perusahaan kimia dengan nilai total Rp 155,9 miliar.
"Naik sekitar 58,5% dibandingkan dengan penjualan tanah periode Januari-September 2020 sebesar 5,6 hektar," sebutnya.
Baca Juga: Tanah Laut (INDX) menderita kerugian pada kuartal I 2021, ini kata manajemen
Hingga tutup tahun, SSIA berusaha meraih tambahan penjualan lahan sebesar 5 hektar. Penjualan tersebut diharapkan berasal dari Suryacipta City of Industry Karawang yang meskipun penjualan lahan melambat selama 1,5 tahun terakhir.
Analis BCA Sekuritas, Achmad Yaki menyebutkan bahwa sepanjang tahun ini SSIA menargetkan penjualan sebanyak 20 ha lahan. "Namun, baru tercapai maksimal sekitar 50% - 60% sehingga tahun ini masih cukup berat. Hanya saja tahun depan potensi akan lebih baik dan ada komitmen penjualan dari Subang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/12).
Dia menilai bahwa saat ini secara sektor, kawasan industri masih lagging dan pergerakan harga juga cukup lagging. Karenanya, dia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu. Sementara jika ingin masuk, Yaki menyarankan lebih baik buy on weakness karena harga masih cenderung bearish.
Untuk SSIA ia menilai target harga terdekat pada level Rp 486 dan NRCA di Rp 300. Pada akhir perdagangan Rabu (8/12) harga saham SSIA ditutup stagnan pada level Rp 468 dan NCRA ditutup melemah 0,70% ke level Rp 284.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News