Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Lalu, prospek dari pendapatan penjualan lahan tahun ini juga akan lebih rendah sekitar 50% dibandingkan dengan penjualan lahan pada tahun lalu sebesar 78 hektar penjualan tanah dari Suryacipta City of Industry, Karawang atau setara dengan nilai Rp 329,2 miliar.
"Secara keseluruhan, prospek pendapatan tahun ini diperkirakan lebih rendah sekitar 25% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu," katanya.
Untuk marketing sales, SSIA mencatat penjualan lahan seluas 8,8 hektar hingga September 2021. Dia bilang, penjualan dilakukan ke perusahaan teknologi regional dan perusahaan kimia dengan nilai total Rp 155,9 miliar.
"Naik sekitar 58,5% dibandingkan dengan penjualan tanah periode Januari-September 2020 sebesar 5,6 hektar," sebutnya.
Baca Juga: Tanah Laut (INDX) menderita kerugian pada kuartal I 2021, ini kata manajemen
Hingga tutup tahun, SSIA berusaha meraih tambahan penjualan lahan sebesar 5 hektar. Penjualan tersebut diharapkan berasal dari Suryacipta City of Industry Karawang yang meskipun penjualan lahan melambat selama 1,5 tahun terakhir.
Analis BCA Sekuritas, Achmad Yaki menyebutkan bahwa sepanjang tahun ini SSIA menargetkan penjualan sebanyak 20 ha lahan. "Namun, baru tercapai maksimal sekitar 50% - 60% sehingga tahun ini masih cukup berat. Hanya saja tahun depan potensi akan lebih baik dan ada komitmen penjualan dari Subang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/12).
Dia menilai bahwa saat ini secara sektor, kawasan industri masih lagging dan pergerakan harga juga cukup lagging. Karenanya, dia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu. Sementara jika ingin masuk, Yaki menyarankan lebih baik buy on weakness karena harga masih cenderung bearish.
Untuk SSIA ia menilai target harga terdekat pada level Rp 486 dan NRCA di Rp 300. Pada akhir perdagangan Rabu (8/12) harga saham SSIA ditutup stagnan pada level Rp 468 dan NCRA ditutup melemah 0,70% ke level Rp 284.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News