Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membukukan kinerja yang solid pada kuartal I 2021. CPIN berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 12,4 triliun atau naik 23,8% secara year on year (yoy).
Dari sisi bottom line, emiten poultry ini juga membukukan kinerja yang tak kalah apik. CPIN mengantongi laba bersih Rp 1,4 triliun atau naik 61,6% secara yoy.
Analis Panin Sekuritas Rigel Andriansyah dalam risetnya pada 6 Juli menuliskan, kinerja top line CPIN sudah in-line dengan estimasi Panin Sekuritas dan juga konsensus, yakni masing-masing 20,2% dan 24%.
Sementara kenaikan signifikan tersebut dinilai lebih diakibatkan oleh oleh low base-effect dari kuartal I-2020 lalu, di mana pandemi Covid-19 baru saja dimulai di Indonesia.
Baca Juga: Sektor pertambangan paling dijagokan dari penghuni indeks LQ45
Rigel justru menyoroti adanya tekanan pada segmen pakan CPIN yang tercermin dari laba operasi tercatat sebesar Rp 687 miliar atau turun 26,4% secara yoy.
“Penurunan disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku utama untuk produk pakan ternak, yakni soybean meal dan jagung lokal. Kenaikan harga jagung ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di Desember tahun lalu, yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas musim panen di awal 2021,” kata Rigel dalam risetnya.
Pada tahun ini, Rigel menilai, harga unggas yang stabil seiring adanya program culling dari pemerintah juga menjadi katalis positif untuk CPIN. Sebagai informasi, harga livebird pada kuartal I-2021 tercatat stabil di level Rp 19.430/ekor.
Sementara pada Mei 2021, harga livebird masih tercatat stabil di level Rp 20.655 ribu/ekor.
Di satu sisi, pemerintah melalui Ditjen PKH juga telah mengumumkan kembali culling program pasca lebaran, berupa instruksi cutting HE umur 19 hari sebanyak 50,5 juta butir pada bulan Juni 2021, dan pengurangan DOC FS sebanyak 47 juta ekor.
Baca Juga: IHSG melemah 0,07% ke 6.039 di perdagangan Kamis (8/7), net buy asing Rp 132,1 miliar