Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Risiko daya beli yang melemah masih membayangi kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Di lain sisi, curah hujan tinggi dan Ramadan di awal tahun depan bisa meningkatkan permintaan produk herbal SIDO.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan, daya beli yang lemah dan musim kemarau yang berkepanjangan merupakan faktor utama di balik rapor merah SIDO di kuartal ketiga 2024. Di sisi lain, harga gula yang lebih tinggi membebani margin kotor SIDO.
Emiten produsen Tolak Angin ini melaporkan pendapatan Rp 730 miliar di kuartal ketiga yang lebih rendah -13,4% qoq daripada kuartal kedua sebesar Rp 843 miliar. Semua segmen pendapatan pun terpantau turun dengan segmen herbal paling tertekan, disusul segmen farmasi dan segmen F&B.
Baca Juga: Kinerja Tertekan Lesunya Daya Beli, Cek Rekomendasi Saham Sido Muncul (SIDO)
Untungnya, SIDO mencetak kinerja kuat di sepanjang semester pertama, sehingga total pendapatan Januari – September naik 11% yoy menjadi Rp 2,62 triliun. Biaya pengeluaran (opex) juga lebih rendah membantu pertumbuhan laba bersih hingga akhir September menjadi Rp 778 miliar yang naik 33% yoy.
Natalia menilai, SIDO memerlukan upaya yang signifikan untuk mencapai pertumbuhan positif di kuartal keempat melalui program “last bite”. Volume penjualan SIDO diperkirakan akan meningkat lebih lanjut karena adanya last bite oleh distributor pada kuartal terakhir, sebagai respons terhadap rencana kenaikan ASP Sido Muncul yang efektif diterapkan pada Januari 2025.
Di samping itu, curah hujan tinggi mulai November 2024, semestinya mendukung pendapatan SIDO khususnya pada segmen herbal. Namun, lesunya daya beli masyarakat tetap perlu diantisipasi.
‘’Mengingat daya beli yang lemah, kami mengantisipasi hambatan lebih lanjut SIDO untuk mencapai pertumbuhan yang kuat di kuartal IV-2024,’’ ujar Natalia kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).
Baca Juga: Kinerja Emiten Minuman Ringan Diprediksi Tertekan Daya Beli, Cek Rekomendasi Sahamnya
Dengan asumsi margin kotor SIDO tahun ini diperkirakan sebesar 56% turun dari proyeksi sebelumnya 57,9%, serta rasio iklan (A&P) terhadap pendapatan menjadi 10,3% dari 11%, maka proyeksi laba bersih SIDO direvisi menjadi hanya Rp 1,04 triliun.
Proyeksi tersebut lebih rendah 13% dari perkiraan awal sebesar Rp 1,19 triliun, namun diperkirakan masih bertumbuh 9% yoy dari capaian tahun 2023 lalu sebesar Rp 951 miliar.
Natalia turut merevisi perkiraan laba bersih SIDO di tahun 2025 menjadi Rp 1,13 triliun dari proyeksi awal Rp 1,31 triliun. BRIDS mengadopsi pendekatan yang lebih konservatif terhadap volume dan ASP SIDO di tahun depan, sambil mempertahankan GPM.
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Bukukan Kinerja Positif di 2024, Cek Rekomendasi Analis
Analis KB Valbury Sekuritas Andre Suntono, masih optimistis terhadap prospek SIDO. Hal itu karena secara historis laba SIDO di kuartal ketiga merupakan yang terendah daripada kuartal lainnya. SIDO pun masih mampu mencetak pertumbuhan penjualan dan laba di sepanjang tahun, berkat bauran produk dan manajemen biaya yang lebih baik.
Penjualan produk Sido Muncul juga berpotensi lebih baik di kuartal keempat 2024 dan kuartal pertama 2025, menyusul musim hujan tahun ini agak datang terlambat yang biasanya terjadi pada akhir September. Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan permintaan produk herbal seperti Tolak Angin yang merupakan kontributor pendapatan tertinggi.
Selain itu, perayaan bulan puasa Ramadhan yang akan dilaksanakan pada Maret 2025, diyakini meningkatkan permintaan produk SIDO di awal tahun depan. Kinerja SIDO diperkirakan bisa bertumbuh, baik secara kuartalan maupun tahunan, pada kuartal I-2025.
‘’Kami pikir SIDO dapat berkinerja lebih baik pada kuartal IV-2024 dan kuartal I-2025 dengan manajemen biaya yang jauh lebih baik dari yang diharapkan,’’ ungkap Andre dalam riset 29 Oktober 2024.
Baca Juga: Emiten Ritel Ini Diproyeksi Bukukan Kinerja Apik di 2024, Cek Rekomendasi Analis
Secara keseluruhan, Andre mengharapkan laba bersih SIDO mencapai Rp1,33 triliun atau naik 14,9%yoy pada tahun 2025 karena penjualan yang lebih tinggi, dengan bauran produk dan manajemen biaya yang lebih baik. Sementara, risiko negatif yang perlu diantisipasi ialah daya beli yang lemah, biaya bahan baku yang lebih tinggi, serta persaingan yang lebih ketat.
Andre menyarankan Beli untuk SIDO dengan target harga sebesar Rp 760 per saham. Sedangkan, Natalia menurunkan peringkat rekomendasi SIDO menjadi HOLD dengan target harga Rp 640 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News